kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Mendag: Kebutuhan beras baru terpenuhi 95%


Rabu, 22 Juni 2016 / 13:05 WIB
Mendag: Kebutuhan beras baru terpenuhi 95%


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemerintah terus berusaha meningkatkan produksi pangan melalui peningkatan produksi. Sayangnya, hingga saat ini, upaya tersebut belum membuahkan hasil di mana Indonesia belum berhasil menciptakan swasembada pangan khususnya ketersediaan beras.

Sebagai bukti, pada tahun lalu, pemerintah masih mengimpor 1,5 juta ton beras dari luar negeri.

Kendati demikian, pemerintah mengklaim Indonesia telah mampu memenuhi kebutuhan beras untuk pangan sebesar 95% dari total kebutuhan.

Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Trikasih Lembong menuturkan, saat ini, rata-rata konsumsi beras nasional sebesar 30 juta ton per tahun. Bila ada impor tahun lalu sebesar 1,5 juta ton, itu artinya hanya 5% dari total kebutuhan nasional.

"Bagi saya impor 1,5 juta ton itu hal kecil," ujar Lembong dalam diskusi pangan di Badan Pemeriksa Keuangan, Selasa (21/6).

Dalam diskusi yang dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman itu, Lembong menjelaskan kalau Indonesia perlu mewujudkan swasembada beras 100%. Dan saat ini, pemerintah tengah menuju ke arah yang benar. Pembangunan irigasi besar-besaran untuk mengalirkan air ke persawahan bisa menjadi alasan kuat Indonesia dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

"Saya yakin dari sistem irigasi yang sudah dibangun pemerintah, praktek pertanian, peralatan dan juga di perindustrian dan perdagangan, maka dalam kurun waktu lima tahun hingga sepuluh tahun ke depan, akan ada banyak perbaikan," tegas Lembong.

Pernyataan Mendag ini berbeda dengan pernyataan Mentan yang kerap mengklaim produksi beras dalam negeri telah surplus. Itulah sebabnya, selama ini, Mentan kerap menolak adanya impor beras dan sejumlah komoditas pangan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×