Sumber: Kompas.com | Editor: Asnil Amri
MANADO. Banjir diperkirakan telah menggenangi 75% wilayah Kota Manado sampai dengan Rabu (15/1) malam. Banjir yang belum surut itu kian terasa mencekam bagi warga, karena aliran listrik juga ikut ikut padam sejak siang.
Ratusan warga yang masih terjebak di rumah-rumah hanya menggunakan penerangan seadanya. Bahkan di beberapa lokasi pengungsian pun listrik juga belum menyala. Padamnya listrik membuat kota Manado gelap gulita.
Ada ribuan warga yang bisa menyelamatkan diri, dan kini mencoba berlindung di lokasi-lokasi yang aman. "Banjir kali ini sungguh parah melebihi banjir besar pada tahun 2000 lalu. Sungguh dahsyat," ujar Rustam, warga Paal Dua, Kecamatan Tikala, kepada Kompas.com Rabu (15/1).
Dari data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), ada 11 kecamatan di Kota Manado yang terdampak banjir dan sebanyak 2.000 dua orang mengungsi. Bahkan, ketinggian banjir di bantaran Kali Jengki mencapai 6 meter.
Pusat Kota Manado juga tidak luput dari terjangan banjir yang mencapai ketinggian 1,5 meter. Di daerah Tikala, Banjer, Dendengan Dalam, Ketang Baru ketinggian banjir bahkan melewati atap rumah. Ratusan warga yang masih terjebak banjir belum diketahui nasibnya. Petugas penyelamat dari berbagai instansi terlihat kewalahan menangani permintaan evakuasi.
Kekhawatiran warga semakin memuncak ketika terdengar kabar, di daerah Tomohon hujan lebat masih mengguyur. Sementara tinggi gelombang di laut juga tidak mereda. "Kami benar-benar jadi takut. Kasihan mereka yang rumahnya terendam banjir," kata Inneke, warga Mapanget.
Laporan lain juga menyebutkan bahwa telah terjadi longsor di beberapa titik yang mengakibatkan putusnya akses jalan dan jembatan. Longsor yang terjadi di jalan Manado - Tomohon telah menghambat perjalanan warga. Titik longsor juga terjadi di jalan raya Kombos, depan Pasar Segar, dan jalan Arie Lasut.
Menurut data BNPB, ada satu korban jiwa yang sudah ditemukan dan satu orang berstatus masih hilang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News