kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lifting gas akan menjadi asumsi kebijakan fiskal


Jumat, 18 Mei 2012 / 08:22 WIB
Lifting gas akan menjadi asumsi kebijakan fiskal
ILUSTRASI. Petugas gabungan memeriksa kendaraan yang akan masuk ke wilayah DKI Jakarta di KM 47 Tol Cikampek-Jakarta, Jawa Barat, Sabtu (30/5/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.


Reporter: Eka Saputra | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Pemerintah ternyata sudah mengeluarkan asumsi dasar ekonomi makro dan arah kebijakan fiskal tahun 2013. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini ada variabel asumsi baru berupa lifting gas.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan penambahan ini dilakukan mengingat tingginya laju penurunan alamiah lifting minyak bumi sehingga perlu upaya baru untuk menjaga capaian target penerimaan negara.

"Selain itu, langkah ini dilakukan untuk memberikan keseimbangan informasi karena selama ini memang lifting minyak turun, tapi di gas terjadi peningkatan yang cukup baik. Jadi pencantuman ini pun agar menciptakan pertanggungjawaban yang baik bagi kementerian ESDM dan BP Migas soal lifting gas dari tahun ke tahun dan jadi bagian asumsi makro yang nantinya saat menyusun postur anggaran itu bisa jadi bagian penerimaan negara," paparnya.

Menurutnya berbeda dengan cadangan minyak bumi yang terus menipis, cadangan gas bumi Indonesia terbilang cukup besar. Berdasarkan data tahun 2010, total cadangan gas Indonesia diperkirakan mencapai 157,14 triliun standar kubik (tscf) atau sekitar 3% dari cadangan gas dunia. Dari angka itu, 108,4 tscf merupakan cadangan terbukti dan sisanya 48,74 tscf merupakan cadangan potensial.

Kemudian hingga tahun 2016 setidaknya ada 12 proyek yang jadi andalan peningkatan produksi gas. Yang utamanya ialah Lapangan Peciko, Gajah Baru, dan Terang Serasun. Lifting gas tahun 2013 diperkirakan berada pada Kisaerano 1,2 - 1,3 juta barrel setara minyak per hari. Saat ini ada 56 kontraktor Kontrak Kerja Sama yang mendukung pencapaian lifting gas tersebut.

Untuk itu pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa berada di kisaran 6,8 hingga 7,2% dengan inflasi sebesar 4,5-5,5 persen (year on year), tingkat suku bunga SPN selama tiga bulan sekitar 4,5 - 5,5 %, nilai tukar rupiah antara Rp 8.700 hingga Rp 9.300 per/US$1, asumsi harga minyak USD 100 - 120 per barel, dan lifting minyak 910-940 ribu barel per hari.

Sasaran pembangunan nasional pada 2013 di antaranya tingkat pengangguran menjadi 6 - 6,4%, angka kemiskinan 9,5 -10,5%, ekspansi 6,8 - 7,2% (year on year). "Ekspansi ini diharapkan bisa ikut menekan pengangguran dan kemiskinan," tandasnya.

Pemerintah akan tetap menempuh kebijakan fiskal yang ekspansif dengan mempertimbangkan kesinambungan fiskal sehingga defisit anggaran diperkirakan sebesar 1,3-1,9% dari PDB. Jadi APBN diharapkan mampu merangsang pertumbuhan pembangunan dan kesempatan kerja.

Sementara itu Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi mengatakan pertumbuhan ekonomi memang tampak akan meningkat di kuartal berikutnya hingga tahun 2013. Apalagi menurutnya impor Indonesia banyak di sektor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal sehingga produktivitas bisa meningkat.

"Apalagi terkait investasi, kita lakukan diversifikasi pasar dan produk. Pasar misalnya mulai merambah Afrika, Amerika Selatan, dan Asia Tengah. Sementara produk banyak produk kerajinan dan produk hilir makanan-minuman juga hortikultura. Pertumbuhan investasi 11-12% tahun depan itu realistis," tukasnya.

Sementara itu, pengamat ekonomi UGM Anggito Abimanyu menilai masih terlalu dini untuk melihat target pertumbuhan ekonomi yang disampaikan pemerintah. Begitu pun menurutnya tambahan poin lifting gas perlu diapresiasi karena menunjukkan pergeseran orientasi utama dari minyak ke gas. Hanya saja menurutnya pemerintah perlu memastikan gas tersebut untuk siapa. Apakah akan sepenuhnya diekspor atau ada juga digunakan untuk konsumsi domestik.

"Kalau gas itu kan enggak ada subsidi. Akan tetapi konsumsinya nanti bagaimana, kalau mau genjot pendapatan ya diekspor, tapi itu merugikan domestik. Nah kalau domestik untuk siapa, apakah untuk industri saja atau bagaimana," tandasnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×