Reporter: Ghina Ghaliya Quddus, Patricius Dewo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2018 sebesar 5,27% jadi kabar gembira bagi pemerintah. Namun, pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam beberapa tahun tersebut diperkirakan hanya sementara. Pasalnya, dorongan terhadap produk domestik bruto (PDB) bukan berasal dari investasi, namun lebih banyak karena kucuran dana pemerintah.
Pertumbuhan investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan II-2018 hanya sebesar 5,87% secara tahunan atau year on year (yoy). Ini adalah laju terendah sejak triwulan III-2017.
Padahal, investasi merupakan kontribusi terbesar kedua terhadap PDB, mencapai 30%-an. Terbesar pertama adalah konsumsi rumah tangga berkontribusi di atas 55%.
"Konsumsi tumbuh tinggi, tapi investasi melambat, jadi saya agak bingung dengan data pertumbuhan ekonomi," ungkap Direktur Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati dalam seminar "Menentukan Nasib Jangka Panjang Ekonomi Indonesia" yang diselenggarakan oleh KONTAN bekerjasama dengan PT Minna Padi Aset Manajemen, Selasa (7/8).
Dengan pelambatan di sektor investasi, Enny ragu tingginya pertumbuhan ekonomi triwulan II-2018 bisa berlanjut pada periode mendatang. Agar ekonomi tumbuh secara berkelanjutan, investasi dan konsumsi harus meningkat secara bersamaan.
Menurut Enny, kenaikan konsumsi rumah tangga bukan karena pulihnya daya beli masyarakat. Namun hal itu lantaran kontribusi dari belanja pemerintah (government expenditure). Terbukti, realisasi belanja pemerintah naik pesat, khususnya terkait bantuan sosial.
"Padahal kontribusi dari government expendinture kecil sekali dampaknya terhadap peningkatan sektor produktif," jelas Enny.
Akhmad Akbar, Ekonom CORE Indonesia sependapat. Menurutnya pertumbuhan ekonomi triwulan II kemarin lebih terdorong belanja bantuan sosial (bansos). Hal itu tak terlepas dari kepentingan politik menjelang Pemilu dan Pilpres 2019. "Bansos tahun 2019 pasti akan lebih besar lagi, namanya juga mau pemilu," kata Akbar.
Ekonom UGM Tony Prasetiantono memperkirakan laju ekonomi 5,27% akan sulit terulang di kuartal II dan IV 2018. "Laju ekonomi kemarin melesat karena THR (tunjangan hari raya), semester II ini sudah tidak ada lagi THR, konsumsi sulit naik," jelas Tony.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News