kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kunjungi China, Luhut bahas sinergi hadapi pandemi corona


Minggu, 11 Oktober 2020 / 13:13 WIB
Kunjungi China, Luhut bahas sinergi hadapi pandemi corona
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Luar Negeri China Wang Yi saat melakukan kunjungan ke Yunan, China.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sebagai utusan khusus Presiden Indonesia melakukan kunjungan resmi ke Yunan, China pada 9-10 Oktober 2020. Kunjungan ini dalam rangka memenuhi undangan Anggota Dewan Negara dan Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Wang Yi.

Dalam kunjungan tersebut, kedua pihak menggarisbawahi pentingnya sinergi kedua negara dalam tatanan bilateral, regional dan mulilateral  khususnya dalam menghadapi situasi dunia yang tidak menentu akibat Covid-19.

Dalam pertemuan bilateral tersebut, topik utama yang dibahas pun berkaitan dengan perdagangan dan investasi, kesehatan, pendidikan dan riset, vaksin, e-commerce, intelegensi artifisial (kecerdasan buatan) serta pertukaran budaya dan masyarakat.

Baca Juga: Anggaran stimulus korporasi mandek, pengusaha: Bisa picu PHK

Adapun, dalam pertemuan bilateral tersebut, Pemerintah China mengatakan akan menindaklanjuti permohonan Luhut agar ada peningkatan akses pasar untuk buah tropis, produk perikanan dan seafood, serta sarang burung walet dan penambahan impor batu bara dari Indonesia.

Menteri Luar Negeri China pun akan ikut mendorong keterlibatan perguruan tinggi China dalam pengembangan Pusat Konservasi, Penelitian dan Inovasi Tanaman Obat Tiongkok-Indonesia di Humbang Hasudutan, Sumatera Utara. “Pusat ini bisa kaya sekali dengan herbal yang berjumlah 30.000 spesies lebih, saya berharap dukungan dari Zhejiang University, Yunnan University, dan Pusat Riset Unggulan di Bidang Tanaman Obat dan Industri Terkait," ujar Luhut dalam keterangan tertulis, Minggu (11/10).

Menlu Wang Yi pun akan menindaklanjuti kerja sama “Two Countries Twin Parks” yang sejak tahun lalu diusulkan oleh Pemprov Fujian. Luhut berharap, kerja sama ini bisa segera direalisasikan.

Menurutnya, dari sisi Indonesia,  sudah ada lokasi di Bintan seluas 4.000 ha dengan infrastruktur pendukung yang sudah relatif baik. Menurut Luhut,  konsep kerja sama juga bisa dikembangkan menjadi “Two Countries Twin Parks with Multiple Zones”, dengan menyiapkan setidaknya tiga kawasan industri yakni Bintan, Batang dan Aviarna Semarang.

Baca Juga: Anggaran Rp 53,57 triliun untuk dana PEN korporasi belum tersalur, berpotensi mubazir

Pengembangan Tsinghua South East Asia Center di Pulau Kura-Kura, Bali juga menjadi perhatian Pemerintah China.  Dalam pertemuan tersebut, Luhut menyampaikan harapannya agar Pemerintah Tiongkok dapat mendorong para profesor dan pakarnya melakukan kolaborasi riset dengan Tsinghua South East Asia Center dan agar perusahaan teknologi seperti Huawei, dan Tencent ikut berinvestasi disana.  

Menlu Wang Yi menyatakan, China selalu memandang hubungan Tiongkok-Indonesia dari sudut strategis. Diharapkan, kedua negara dapat memperkokoh saling percaya politik dan terus memperdalam kerja sama yang saling menguntungkan. “Kerja sama di berbagai area telah mencapai progress yang luar biasa cepat," ujar Wang Yi.

Adapun, berkaitan dengan kerja sama alih teknologi vaksin, Wang Yi menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara dengan kapasitas produksi vaksin terkuat di Asia Tenggara sehingga bisa menjadi peluang bagi perusahaan Tiongkok. “Kami akan mendukung perusahaan kami untuk meningkatkan kerja sama, khususnya berbagi teknologi dan pengalaman, supaya Indonesia bisa menjadi pusat produksi vaksin di kawasan Asia Tenggara," jelasnya.

Tak hanya itu, salah satu kerja sama strategis jangka panjang kedua negara adalah program pengentasan kemiskinan berbasis iptek, hal ini didapatkan berdasarkan pengalaman China.

Selanjutnya: Dukung hilirisasi, Menperin dorong pengembangan smelter Freeport di JIIPE Gresik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×