CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.879   -20,00   -0,13%
  • IDX 7.141   -73,55   -1,02%
  • KOMPAS100 1.093   -10,03   -0,91%
  • LQ45 872   -3,51   -0,40%
  • ISSI 215   -3,49   -1,60%
  • IDX30 447   -1,05   -0,23%
  • IDXHIDIV20 540   0,91   0,17%
  • IDX80 125   -1,17   -0,92%
  • IDXV30 135   -0,50   -0,37%
  • IDXQ30 149   -0,06   -0,04%

Ketahanan pangan di dalam negeri semakin lemah


Minggu, 21 September 2014 / 19:42 WIB
Ketahanan pangan di dalam negeri semakin lemah
Warga membeli kebutuhan pokok dan bahan makanan di Pasar Tanjung Duren, Jakarta, Minggu (19/3/2023). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Agus Triyono | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Presiden terpilih Joko Widodo harus waspada terhadap sektor pertanian. Pasalnya, sektor yang beberapa tahun lalu menjadi penyokong kebutuhan masyarakat di Indonesia, kini terancam.

Ancaman besar ini, salah satunya datang dari alih fungsi atau konversi lahan pertanian. Suswono, Menteri Pertanian mengatakan bahwa berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian Pertanian alih fungsi lahan pertanian yang terjadi beberapa tahun belakangan ini cukup besar.

Dan celakanya, alih fungsi lahan pertanian tersebut sebagian besarnya terjadi di lahan yang cukup produktif. "Per tahun tidak kurang konversi lahan kita tidak kurang dari 100 ribu hektare dan itu dominan terjadi di daerah produktif seperti di Jawa ini mengkhawatirkan," kata Suswono pekan kemarin.

Suswono khawatir, kalau permasalahan tersebut tidak segera diatasi, Indonesia akan menghadapi masalah ketahanan pangan. Sebab, selain dihantui oleh masalah konversi lahan, sektor pertanian di Indonesia saat ini juga mengalami beberapa  masalah besar.

Salah satunya, berkaitan dengan luas lahan garapan dan status kepemilikan lahan garapan yang belakangan ini juga terus berkurang. Selain permasalahan tersebut, sektor pertanian di dalam negeri juga terkendala oleh infrastruktur.

Suswono mengatakan, kondisi dan ketersediaan infrastruktur pertanian, seperti sarana irigasi, transportasi pertanian banyak yang rusak dan tidak bisa dimanfaatkan. Sedangkan masalah ke tiga, sektor pertanian juga dihadapkan pada tingkat penguasaan teknologi pertanian masyarakat yang masih rendah.

Permasalahan tersebut telah membuat produktifitas pertanian belakangan ini semakin susah digenjot. "Ancaman konversi ini mengkhawatirkan, warning ini penting karena itu pencetakan sawah baru harus diupayakan secara maksimal, karena walau kita punya produktifitas kalau tidak ada lahan bagaimana," katanya.

Sementara itu Presiden terpilih Joko Widodo, bertekad tidak akan membiarkan ketahanan pangan di dalam negeri terganggu. Untuk itulah dalam tiga tahun pertama pemerintahannya nanti dia akan membenahi sektor pertanian dan ketahanan pangan di dalam negeri.

Dia bertekad, pada tiga tahun pertama pemerintahannya Indonesia bisa kembali berswasembada pangan. Untuk itulah agar upaya tersebut bisa segera dicapai, dia akan memerintahkan lembaga penelitian negara untuk segera segera membuat penelitian untuk menghasilkan varietas bibit unggul dan meningkatkan produktifitas pertanian di dalam negeri.

Jokowi berharap, dengan penelitian tersebut bibit unggul bisa segera dihasilkan. "Saya berharap bibit unggul yang dihasilkan bisa membuat produksi beras per hektar mencapai delapan sampai 12 ton," kata Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×