kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.202   22,00   0,14%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kenaikan suku bunga BI tekan pertumbuhan ekonomi RI


Senin, 02 Juli 2018 / 09:07 WIB
Kenaikan suku bunga BI tekan pertumbuhan ekonomi RI


Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 50 basis points (bps) menjadi 5,25% di luar prediksi para ekonom. Pasalnya, para ekonom memprediksi kenaikan hanya 25 bps saja.

Keputusan bank sentral itu membawa kekhawatiran. Kenaikan bunga bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi semester II-2018. Tekanan ke ekonomi masih besar walau BI memberikan relaksasi Loan to Value Ratio (LTV) properti. Dengan relaksasi LTV, BI yakin bisa menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional dan stabilitas sistem keuangan.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetiantono menilai, pelonggaran LTV di sektor properti seperti ditawarkan oleh BI, belum cukup mampu mengompensasi kenaikan bunga sebesar 0,5% tersebut.

Meski besaran kenaikan bunga seimbang dengan pelemahan nilai tukar rupiah hingga ke level Rp 14.400 per dollar AS, namun kenaikan suku bunga akan membuat konsumsi masyarakat makin rendah. "Masalahnya gairah belanja sedang rendah. Sebenarnya daya beli ada, tapi mereka sengaja mengerem konsumsi untuk berjaga-jaga kalau-kalau perekonomian memburuk," kata Tony kepada KONTAN, Jumat (29/6) lalu.

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean juga melihat, dari sisi konsumsi rumah tangga, kenaikan suku bunga akan membuat pertumbuhan lebih lambat dari perkiraan semula 4,97%. Apalagi harga barang impor melejit kena imbas merosotnya nilai tukar rupiah. Karena itu dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi semester II-2018 hanya 5,1%

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Suahasil Nazara mengatakan, pemerintah mendukung kenaikan bunga acuan sebagai upaya BI melakukan stabilisasi, khususnya nilai tukar rupiah.

Pemerintah akan terus memperhatian dampak kebijakan moneter itu ke sektor riil. "Seberapa cepat transmisi ke kenaikan suku bunga domestik dan imbas ke pertumbuhan investasi juga menjadi fokus perhatian," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×