kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan Harga Pangan Diproyeksikan Terus Berlanjut, Inflasi Bakal Terkerek


Minggu, 26 Juni 2022 / 17:02 WIB
Kenaikan Harga Pangan Diproyeksikan Terus Berlanjut, Inflasi Bakal Terkerek
ILUSTRASI. Kenaikan harga sejumlah produk pangan akan mengerek kenaikan inflasi.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga sejumlah produk pangan seperti mie instan dan makan olahan lain diperkirakan terus berlanjut sejalan dengan naiknya harga komoditas. Kenaikan harga pangan tersebut akan turut mengerek inflasi di sepanjang tahun ini.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, saat ini harga produk makanan seperti mie instan, roti, dan produk makanan olahan dari gandum lain sudah naik.

Naiknya harga makanan olahan ini bukan hanya dipicu dari bahan baku saja tetapi juga karena naiknya harga kemasan. Seperti diketahui, saat ini harga kemasan berbasis kertas maupun plastik ikut terkerek karena bahan dasar produk tersebut yakni minyak bumi harganya sudah melambung tinggi.

“Kelihatannya memang pas masa Lebaran kemarin masih ada beberapa pelaku usaha yang belum mentransmisikan kenaikan harga. Namun setelah lebaran ini semakin banyak produsen yang mulai menaikkan harganya dan tentunya akan berpengaruh ke inflasi,” kata David kepada Kontan.co.id, Minggu (26/6).

Baca Juga: Harga Bahan Baku Naik, Argha Karya Prima (AKPI) Timbang Opsi Naikkan Harga Jual

David memperkirakan kenaikan harga sejumlah pangan ini masih akan terus berlanjut sampai dengan akhir tahun ini. Ada kemungkinan pelaku usaha melakukan penyesuaian harga secara gradual.

Di sisi lain, David menyebutkan, kenaikan inflasi juga berkorelasi dengan pertumbuhan kredit yang cukup tinggi. Sampai dengan April 2022, kredit perbankan tumbuh 9,1% secara tahunan (year on year). David memproyeksikan pertumbuhan kredit ini ada kecenderungan terus naik sampai akhir tahun 2022.

Ia memperkirakan, inflasi tahun ini seperti target yang dipaparkan Bank Indonesia (BI) sebelumnya yakni sekitar 4,2% yoy.

Sejatinya, pemerintah sudah mulai melakukan upaya pengendalian inflasi dengan menggelontorkan tambahan subsidi untuk energi menjadi Rp 520 triiun.

“Tetapi memang perlu diperhatikan, subsidi yang dikaitkan dengan pupuk tidak banyak berubah sebesar Rp 25 triliun. Kita perlu mengamankan pasokan pupuk karena banyak negara berebut bahan pangan, energi, dan pupuk karena bahan baku pupuk banyak dihasilkan di Rusia,” ujar David.

Selain meningkatkan subsidi, David menekankan, untuk mengendalikan laju inflasi pemerintah harus mengupayakan kepastian distribusi barang dari daerah dengan memperbaiki sistem informasi. Hal ini dilakukan supaya distribusinya merata sehigga tidak ada kelebihan pasokan komoditas tertentu di suatu wilayah, namun di wilayah lain ada kekurangan.

Meskipun pelaku usaha di sektor pangan sudah menaikkan harga jualnya, David menilai, ini tidak serta merta menjadi angin segar bagi produsen.

“Kalau di sektor pangan, sebelumnya marginnya squezee. Namun di bulan-bulan ke depan volume permintaan bisa lebih meningkat dengan berharap daerah penghasil komoditas daya belinya menjadi relatif lebih baik,” imbuhnya.

Baca Juga: Lonjakan Inflasi AS Belum Menghambat Pasar Ekspor Trisula International (TRIS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×