Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang akan memfasilitasi berbagai konser dan event internasional melalui Indonesia Tourism Fund 2024 dengan anggaran sebesar Rp 2 triliun mendapat dukungan dari Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI).
Menurut Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) Dino Hamid jika melihat dari sudut pandang asosiasi, konser dan event internasional sekelas ERAS Tour milik penyanyi internasional Taylor Swift yang ingin diselenggarakan di Indonesia sebenarnya bisa membuka kerja sama antara angoota APMI dengan pemerintah, khususnya Kemenparekraf.
“Secara logis harusnya iya ada (kerja sama), karena kita bicara asosiasi yang secara official bisa bekerja sama dengan pemerintah dengan segala konteks kebijakan, pelaksanaan konser dan lainnya. Jadi dengan adanya isu yang kita dengar (Indonesia Tourism Fund ), jalur komunikasi itu tentu bisa dilakukan melalui asosiasi,” ungkap Dino, saat dihubungi Kontan, Senin (11/03).
Baca Juga: Kemenparekraf Siapkan Rp 2 Triliun untuk Memfasilitasi Konser Artis Internasional
Ia menambahkan, jika berhasil proyek ini tentunya akan sangat berpengaruh, tidak hanya secara ekonomi namun juga sosial.
“Pastinya sangat berpengaruh ya berdasarkan ekonomi, karena industi kita ini kan bukan sekedar industri hiburan tapi juga industri ekosistem di mana setiap ada perhelatan besar akan berdampak sosial dan ekonomi. Yang pasti akan berdampak pada pelaku, pelaksana, dan ekosistem di sekitarnya,” tambahnya.
Dino menambahkan, dampak yang bisa didapat mungkin sekelas dengan dampak yang dirasakan Singapura yang menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang dikunjungi Taylor Swift. Ia menambahkan, hal tersebut bukan hanya soal siapa penyanyinya, tapi juga soal eksklusifitas yang didapatkan dari konser, karena diadakan satu-satunya di kawasan Asia Tenggara.
Saat ditanya, siapa penyanyi yang kiranya akan membawa dampak sebesar Taylor Swift pada Singapura, Dino mengatakan pastinya kelas penyanyi tersebut sudah berada di kelas mega bintang.
“Kalau secara penyanyi, yang sangat mudah dibaca adalah penyanyi mega star seperti Taylor Swift, Cold Play, atau Justin Beiber,” ungkapnya.
Meski begitu, ia mengatakan pemerintah juga harus melihat banyak potensi daripada event-event konser nasional lainnya, sehingga tidak hanya berfokus mendatangkan artis-artis luar negeri.
“Tapi kalau dari sudut pandang saya, kita ini kan sudah memiliki event-event besar seperti Java Jast, Prambanan Jast, Joyland, DWP, hingga WTF. Mungkin menurut saya, event tersebutlah yang harusnya didukung pemerintah karena di event tersebut banyak sekali varian konten, dari intenasional konten hingga lokal content. Jadi saya harap supportnya bukan hanya ke internasional konten tapi juga lokal konten,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, dampak dari adanya perhelatan konser besar juga akan berpengaruh pada besaran pajak yang akan disetorkan pada negara yang menyelenggarakannya.
Baca Juga: Bamsoet: Konser Artis Internasional Bawa Gairah Industri Musik Dalam Negeri
“Pasti sangat besar ya, karena kalau kita bicara dari development, sampai production bahkan sampai post production itu ada tax yang mengiringi setiap transaksi. Belum lagi keterlibatan pihak kedua dan ketiga yamg akan terlibat, karena pasti ada tax yang harus mereka bayarkan ke negara. Di sisi lain, pihak kedua dan ketiga sampai UMKM pasti akan merasakan dampak dari setiap event yang terlaksana,” katanya.
Meski Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparegraf) Sandiaga Uno belum memberikan informasi lebih lanjut tentang Indonesia Tourism Fund 2024, Dino mengatakan industri konser dalam negeri perlahan bangkit setelah pandemi Covid-19.
“Growth-nya cukup besar terutama setelah pandemi, karena balik lagi sebelum pandemi industri kami dipandangnya sebelah mata, wah hanya industri konser atau festival. Tapi setelah pandemi, semakin inovasinya dunia sosmed dan digital, di mana setiap konten adalah kunci di mana industri kami berhasil memberikan dampak ekonomi, sosial kepada masyarakat di Indonesia, bahkan ke dunia,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News