kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kemenkeu Pastikan Indonesia Adopsi Pajak Minimum Global 15% di 2025


Jumat, 04 Oktober 2024 / 13:51 WIB
Kemenkeu Pastikan Indonesia Adopsi Pajak Minimum Global 15% di 2025
ILUSTRASI. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Nathan Kacaribu. Kemenkeu sebut Indonesia siap mengadopsi pajak minimum global pada tahun depan.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu mengatakan bahwa Indonesia siap mengadopsi pajak minimum global  pada tahun depan.

Febrio menyebut, penerapan perpajakan global ini diperlukan agar hak pemajakan Indonesia tidak diambil oleh negara lain.

"Makanya semua negara mulai tahun 2024 dan mayoritas di tahun 2025 akan mengimplementasikan minimum tax itu tadi, termasuk Indonesia," ujar Febrio kepada awak media di Kantor Kemenkeu, Jumat (4/10),

Oleh karena itu, saat ini pemerintah tengah mengkalibrasi ulang sistem pajak untuk menyeimbangkan upaya menarik investasi asing dengan memastikan keadilan pajak, termasuk pemberian insentif tax holiday.

Baca Juga: Pemerintah Sepakati Perpanjangan Tax Holiday, Akan Ada Ketentuan Tambahannya

Dirinya mengakui, pemerintah tidak selalu bisa mengandalkan tax holiday untuk menarik investasi. Namun, kata Febrio, seluruh negara tengah melakukan adjustment terhadap insentif tax holiday-nya lantaran adanya pajak minimum dengan tarif efektif 15%.

"Jadi kita sedang siapkan regulasinya. Dalam hal tadi insentif yang kemudian berkurang untuk ketertarikan investasi, ini kita siapkan paket yang berbeda," katanya.

"Nanti yang sekitar 15%-nya itu kita akan bentuk insentif dengan konteks yang berbeda dengan tax holiday," imbuh Febrio.

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan II  Thomas Djiwandono menyebut bahwa Indonesia bisa mendapatkan penerimaan pajak yang signifikan apabila menerapkan pajak minimum global.

Berdasarkan hitungannya, Indonesia bisa mendapatkan penerimaan pajak sekitar Rp 3,8 tiliun hingga Rp 8,8 triliun dari implementasi pajak minimum global tersebut.

“Berdasarkan analisis dampak ke Indonesia, penerapan pajak minimum global ini akan menghasilkan penerimaan pajak sekitar Rp 3,8 Triliun hingga Rp 8,8 Triliun, terutama melalui pajak tambahan minimum domestik yang memenuhi syarat,”  ujar Thomas dalam International Tax Forum 2024, Selasa (24/9). 

Baca Juga: Pemerintahan Prabowo akan Membidik Setoran Pajak dari Orang Super Kaya

Untuk diketahui, dalam Pilar Dua: Global Anti Base Eresion (GloBE) tersebut mensyaratkan penerapan pajak penghasilan (PPh) korporasi dengan tarif minimum sebesar 15%. Pajak minimum tersebut akan diterapkan pada perusahaan multinasional dengan penerimaan di atas EUR 750 juta.

Apabila tarif efektif yang ditanggung perusahaan multinasional pada suatu yurisdiksi tidak mencapai 15%, yurisdiksi tempat ultimate parent entity (UPE) berlokasi berhak mengenakan to-up tax atas laba yang kurang dipajaki. Top-up tax dikenakan berdasarkan income inclusion rule (IIR).

Baca Juga: Singapura Perketat Langkah Anti Pencucian Uang, Hapus Perusahaan yang Tidak Aktif

Selanjutnya: Singapura Perketat Langkah Anti Pencucian Uang, Hapus Perusahaan yang Tidak Aktif

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Minyak Goreng Hemat sampai 10 Oktober 2024, Serba di Bawah Rp 40.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×