kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemdag optimistis perjanjian dagang dengan Australia dan Eropa akan menguntungkan


Minggu, 11 November 2018 / 13:50 WIB
Kemdag optimistis perjanjian dagang dengan Australia dan Eropa akan menguntungkan
ILUSTRASI. Mendag Enggartiasto Lukita - Perjanjian Ekonomi Indonesia - Australia masih buntu


Reporter: Abdul Basith | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) optimistis perjanjian dagang dengan Australia yang tengah digencarkan akan menguntungkan Indonesia. Pasalnya Indonesia masih mengalami defisit dengan Australia hingga saat ini. Australia merupakan salah satu negara tujuan perjanjian dagang melalui kerjasama Ekonomi komperhensif Indonesia Australia (IA-CEPA).

"Kalau ini terjadi IA-CEPA maka kita bisa dapat untung secara neraca dagang," ujar Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemdag Oke Nurwan akhir pekan lalu.

Asal tahu saja, hingga Agustus 2018 Indonesia mengalami defisit dagang dari Australia sebesar US$ 1,93 miliar. Meski begitu defisit dagang tersebut mengalami penurunan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Periode Januari hingga Agustus 2017 defisit Indonesia dengan Australia sebesar US$ 2,42 miliar. Perjanjian dagang ke depan juga akan semakin menekan defisit dagang antar kedua negara.

IA-CEPA penting bagi perdagangan Indonesia dan Australia lantaran kerjasama ini akan meningkatkan daya saing produk Indonesia. IA-CEPA akan jauh lebih menguntungkan dari perjanjian perdagangan bebas Asean dengan Selandia Baru dan Australia yang telah ada sebelumnya.

"Kalau tadinya ini kita Asean Australia misalnya 5%, mungkin dengan IA-CEPA akan lebih menarik lagi karena dinolkan (tarif impornya)," terang Oke.

Sejalan dengan IA-CEPA, Kemdag juga optimistis terhadap perjanjian Indonesia European Free Trade Association (EFTA) CEPA. Meski perdagangan dengan negara EFTA masih minim namun terdapat potensi pasar ke Uni Eropa (UE).

Indonesia EFTA CEPA didorong seleaai lebuh dahulu mengingat lebih mudah dibandingkan dengan perjanjuan Indonesia EU CEPA. Oke menegaskan perjanjian Indonesia EFTA CEPA akan memiliki efek berkelanjutan.

"Kalau dengan UE ribet, kita dengan EFTA duluan sehingga kalau kita masuk ke EFTA artinya produk kita bisa masuk ke UE," jelas Oke.

Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dengan empat anggota EFTA yaitu Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein.

Hingga Agustus 2018 defisit Indonesia dengan Swiss sebesar US$ 120,8 juta, Norwegia defisit US$ 113,58 juta, Islandia defisit US$ 1,02 juta, dan Liechtenstein defisit US$ 126.700.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×