kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Keinginan Mendagri kepada simpatisan Ahok


Jumat, 12 Mei 2017 / 17:51 WIB
Keinginan Mendagri kepada simpatisan Ahok


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo belum memikirkan perlunya upaya hukum untuk menyikapi orasi simpatisan Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahja Purnama (Ahok) yang dinilai menyalahkan sepihak pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Saya belum berpikir ke jalur hukum, kan mau tanya, orang tanya kan boleh, Anda memaki-maki rezim Jokowi, saya bagiannya kan boleh, apa salah lah wong tanya,” kata Tjahjo dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/5).

Dirinya sebagai bagian dari pemerintahan rezim saat ini mengaku, memang sempat tersinggung mendengar ucapan tersebut. Meski menyalahkan statement simpatisan Ahok tersebut, namun Tjahjo menyatakan kalau dia hanya ingin mengajak bicara secara baik-baik saja, tanpa maksud lain.

“Saya hanya minta klarifikasi, saya bagian dari rezim pak Jokowi. Wajar kan. Kalau Anda saya maki-maki pasti nanya apa salah saya,” tambah dia.

Tjahjo juga tak memberatkan pihak simpatisan Ahok ini bila enggan ingin bertemu dengan dirinya. Menurut dia, klarifikasi ini boleh dalam bentuk tulisan (surat balasan). Selain itu, upaya lainnya bisa dengan berkomunikasi langsung Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Soedarmo.

Pihak Kemendagri, lanjutnya, baru akan mengirimkan surat permohonan klarifikasi kepada pihak bersangkutan pada sore ini. Setelah itu, Mendagri Tjahjo tinggal menunggu jawaban selanjutnya.

Merupakan hal yang wajar bagi Tjahjo kalau pemerintah merasa dituding dengan orasi yang membawa-bawa nama Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam orasinya di video yang beredar, oknum ini mengklaim kalau era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lebih baik ketimbang pemerintahan Jokowi.

“Itu hak dia (simpati pada Ahok), tapi kenapa membawa-bawa rezim pak Jokowi. Menuduh-menuduh pak Jokowi. Yang ditangkap orang kan dari video itu kan seolah-olah yang salah pak Jokowi,” ujar Tjahjo.

Lalu soal adanya sikap dari pihak pemerintah terkait anggapan tudingan ini, Tjahjo mengatakan, orasi dalam video ini sudah selayaknya mendapat kritik. Namun, dari kalangan elemen masyarakat belum ada yang protes, sehingga sebagai bagian dari rezim Jokowi, ia pun memutuskan angkat bicara.

“Karena saya tunggu enggak ada relawan yang protes.Tidak bisa kan polisi langsung bersikap, harus ada laporan yang mengadukan. Nah, saya belum mau mengadukan, saya tanya baik-baik karena sama-sama punya hak,” kata dia.

"Membela Pak Ahok silakan, itu hak asasi setiap manusia. Tapi jangan mengaitkan orang lain apalagi mengaitkan rezim pemerintahan dan Presiden Pak Jokowi," kata Tjahjo.

Maka itu, Tjahjo meminta agar masyarakat bisa menahan diri untuk tidak mengambil kesimpulan sepihak terkait rezim pemerintahan Jokowi. Masalah ketidakpuasan publik dengan putusan hakim, ia menilai wajar. Namun, para simpatisan dan pendukung Ahok, kata dia, harus tetap menghormati putusan hukum.

"Ahok waktu ketemu saya dia bilang. 'Kalau diputus bersalah saya tanggung jawab. Tapi saya minta hak-hak saya, upaya-upaya hukum saya dipenuhi'," ujar Tjahjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×