kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kasus Covid-19 Omicron Indonesia Melonjak, Tapi Ada Kabar Baik dari WHO


Rabu, 05 Januari 2022 / 16:16 WIB
Kasus Covid-19 Omicron Indonesia Melonjak, Tapi Ada Kabar Baik dari WHO
ILUSTRASI. Kasus Covid-19 Omicron Indonesia Melonjak, Tapi Ada Kabar Baik dari WHO


Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Jumlah kasus Covid-19 Omicron di Indonesia meningkat pesat pada awal tahun 2022 ini. Namun, Badan Kesehatan Dunia / WHO menyampaikan kabar baik dibalik lonjakan kasus Covid-19 Omicron yang melanda di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan kasus positif Covid-19 varian Omicron di Indonesia pada Selasa 4 Januari 2022 mencapai 254 orang. Jumlah kasus Covid-19 Omicron di Indonesia meningkat pesat dibandingkan akhir tahun 2021 yang sebanyak 136 orang.

Selain di Indonesia, kasus Covid-19 Omicron juga meningkat pesat di negara lain seperti Inggris, India, Amerika Serikat dll.

Di tengah lonjakan Covid-19 Omicron, WHO menyampaikan kabar baik. Dilansir dari Kompas.com, WHO menyebut banyak bukti yang menunjukkan bahwa Covid-19 Omicron menyebabakan gejala yang lebih ringan.

Hal itu disampaikan oleh Incident Manager WHO Abdi Mahamud kepada wartawan di Jenewa, Swiss, Selasa (4/1/2021). Dia menuturkan, Covid-19 Omicron memengaruhi saluran pernapasan bagian atas, sehingga menyebabakan gejala yang lebih ringan daripada varian sebelumnya.

Baca Juga: Menkes Rilis SE Pencegahan & Pengendalian Covid-19 Omicron di Indonesia, Ini Isinya

"Kami menemukan lebih banyak studi yang memperlihatkan bahwa Omicron menginfeksi bagian atas tubuh. Berbeda dari yang lain, yang dapat menyebabkan pneumonia parah,” jelas Mahamud.

β€œIni bisa menjadi kabar baik, tetapi kami benar-benar membutuhkan lebih banyak penelitian untuk membuktikannya,” lanjut Mahamud.

Covid-19 Omicron pertama kali terdeteksi pada November 2021 dan diumumkan oleh WHO. Sejak saat itu, varian Omicron menyebar dengan cepat dan kini muncul setidaknya di 128 negara di dunia. Cepatnya penyebaran Omicron membuat banyak negara dilema yang tengah memulai kembali perekonomian mereka setelah dua tahun hidup di bawah pandemi Covid-19.

Namun, ketika jumlah kasus melonjak ke rekor tertinggi di beberapa negara, tingkat rawat inap dan kematian seringkali lebih rendah daripada fase lain selama pandemi. Mahamud menuturkan hal tersebut berdasarkan data dari berbagai penelitian, termasuk studi dari Afrika Selatan yang merupakan salah satu negara pertama di mana Omicron terdeteksi.

Akan tetapi, Mahamud juga memberikan peringatan, seraya menyebut Afrika Selatan "situasi yang berbeda" lantaran mempunyai populasi muda di antara faktor lainnya. Dia juga memperingatkan bahwa tingginya penularan Omicron membuatnya bakal menjadi varian yang dominan dalam beberapa pekan ke depan. Tingginya angka kasus Omicron juga bakal mengancam fasilitas kesehatan di banyak negara di mana sebagian besar penduduknya belum divaksinasi.

Melansir Kompas.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, mayoritas pasien Covid-19 Omicron di Indonesia mengalami gejala ringan dan tanpa gejala. Nadia mengatakan, sebagian besar dari pasien Covid-19 Omicron di Indonesia mengalami gejala batuk dan pilek.

"Dari hasil pemantauan, sebagian besar kondisinya ringan dan tanpa gejala. Gejala paling banyak adalah batuk (49 persen) dan pilek (27 persen),” kata Nadia.

Nadia mengatakan, dari 254 kasus Covid-19 Omicron di Indonesia, 239 kasus merupakan pelaku perjalanan internasional (imported case) dan 15 kasus merupakan transmisi lokal. "Mayoritas (penularan) masih didominasi dari pelaku perjalanan dari luar negeri," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan banyak pasien Covid-19 Omicron di Indonesia tidak memiliki gejala. Lalu, sebagian pasien Covid-19 Omicron di Indonesia hanya mengalami gejala ringan. "Mereka tidak butuh oksigen dan saturasinya masih diatas 95%. Sekitar 23% atau 34 orang sudah kembali ke rumah. Sampai sekarang tidak ada yang menbutuhkan perawatan serius di RS, cukup diberi obat dan vitamin," kata Budi dalam konferensi pers secara virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin.

Baca Juga: Aturan Karantina dari Luar Negeri Diperketat, Simak Ketentuan & Daftar Pusat Lokasi

Gejala Covid-19 Omicron

Sementara itu, dari berbagai penelitian kasus Covid-19 Omicron, berikut gejala yang terdeteksi.

Dilansir dari BBC, Angelique Coetzee, dokter pertama penemu kasus Covid-19 Omicron di Afrika Selatan berpendapat ada perbedaan gejala atau ciri-ciri Covid-19 Omicron dengan kasus sebelumnya termasuk varian Delta.

Menurut Angelique Coetzee, gejala Covid-19 Omicron yang terjadi pada pasien di Afrika Selatan meliputi

  • Rasa capek selama satu atau dua hari
  • Sakit kepala
  • Badan sakit
  • Tenggorokan serak, tapi tidak batuk-batuk
  • Tidak kehilangan kemampuan indra penciuman (anosmia).

Sementara itu, gejala Covid-19 Omicron menurut hasil penelitian ZOE COVID Study hampir mirip dengan pendapat Angelique. Dalam publikasi penelitian 16 Desember 2021, ZOE COVID Study menemukan sejumlah gejala Covid-19 Omicron yang kini banyak terjadi di Inggris.

Simak gejala Covid-19 Omicron di halaman selanjutnya



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×