Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Timur Pradopo menyampaikan permintaan maafnya atas insiden tertembaknya wartawan saat meliput aksi demonstrasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Jambi dan Ternate.Jenderal bintang empat itu berjanji akan bertanggung jawab hingga wartawan korban penembakan itu sembuh kembali.
"Saya mohon maaf pada media yang kebetulan ada di kerumunan itu. Jadi, tidak mungkin situasi demo berjalan baik bila ada insiden penembakan," kata Timur saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (18/6).
Menurutnya penggunaan gas air mata dilakukan prajuritnya karena situasi yang tidak kondusif. Timur mengatakan sesuai standar operasional prosedur (SOP), jika situasi demo sudah mulai merusak, maka amunisi yang diizinkan untuk digunakan adalah gas air mata. Namun, ia menyayangkan, pecahan amunisi tersebut mengenai salah satu wartawan. "Seharusnya, pecahan gas air mata bisa diantisipasi," imbuhnya.
Timur menambahkan, saat ini pihaknya telah melakukan investigasi siapa yang melakukan penembakan tersebut. Kata dia, Polda dan Polres kini tengah mulai melakukan pemeriksaan.
Sekedar catatan, saat demo memprotes kenaikan harga BBM, ada dua orang jurnalis yang mengalami luka tembak saat melakukan peliputan. Jurnalis Trans 7, Nugroho Anton terkena tembakan saat meliput di kantor DPRD Jambi. Sedangkan jurnalis wartawan harian Mata Publik, Abdul Roby Kilerey terkena tembakan di pinggul saat meliput Ternate, Maluku Utara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News