kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kalah dengan Vietnam, APSyFI: Indonesia Masih Ketergantungan Bahan Baku Impor TPT


Jumat, 23 Februari 2024 / 17:24 WIB
Kalah dengan Vietnam, APSyFI: Indonesia Masih Ketergantungan Bahan Baku Impor TPT
ILUSTRASI. Ketua Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta menyebut, Vietnam akan menjadi ancaman bagi investasi Indonesia terutama di sektor pertekstilan.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Vietnam diramal akan menjadi raksasa baru ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Hal ini karena ekonomi Vietnam diprediksi bisa tumbuh pesat pada masa mendatang. 

Lonjakan ekonomi Vietnam lantaran negara tersebut kini menjadi pusat manufaktur global yang meliputi perusahaan teknologi, otomotif, elektronik, pakaian dan tekstil. 

Ketua Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta menyebut, Vietnam akan menjadi ancaman bagi investasi Indonesia terutama di sektor pertekstilan.

Sebab, Vietnam tidak segan membatasi impor bahan baku baik melalui trade remedies maupun instrumen lainnya. Sedangkan Indonesia justru ketergantungan impor bahan baku tekstil.

"Pertumbuhan industri tekstil Vietnam ditopang jaminan pasar ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan tarif preferensi yang sangat rendah. Plus jaminan pasar domestik dengan pasar sekitar 100 juta penduduk," kata Redma kepada Kontan.co.id, Jumat (23/2).

Baca Juga: Industri TPT Masih Menahan Ekspansi Meski Ada Potensi Pemilu Satu Putaran

Adanya jaminan pasar ini, ujar Redma, mendorong kepercayaan investor untuk berinvestasi dengan dukungan upah dan energi murah. Sehingga dengan cepat Vietnam dapat membangun integrasi industrinya sehingga tidak bergantung pada bahan baku impor. 

"Demi terciptanya integrasi ini, Vietnam tidak segan membatasi impor bahan baku baik melalui trade remedies mau pun instrumen lainnya," tambah Redma.

Mengacu pada data WTO, kata Redma, sejak 2009 hingga 2020 rasio impor bahan baku produk tekstil dan produk tekstil (TPT) terhadap ekspor tekstil Indonesia terus meningkat. Dari 40,6% pada 2009 menjadi 73,1% pada 2020.

Sedangkan Vietnam justru mengalami penurunan dari 61,9% menjadi 42,5%.

"Disini kita bisa lihat Vietnam yang bisa menurunkan rasio impor terhadap ekspornya. Yang artinya terjadi penguatan integrasi hulu hilir TPT nya. Sedangkan Indonesia justru kian bergantung pada bahan baku impor," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×