kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kadin: Harga minyak dunia naik, stabilitas ekonomi Indonesia bakal terganggu


Senin, 06 Januari 2020 / 22:41 WIB
Kadin: Harga minyak dunia naik, stabilitas ekonomi Indonesia bakal terganggu
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A general view shows Mexican state oil firm Pemex's Cadereyta refinery, in Cadereyta, Mexico October 5, 2019. Picture taken October 5, 2019. REUTERS/Daniel Becerril/File Photo


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) memandang kenaikan harga minyak dunia akibat imbas dari konflik Amerika Serikat (AS) dan Iran bisa memberi dampak negatif bagi Indonesia.

"Apalagi Indonesia merupakan net importer minyak bumi untuk kebutuhan energi nasional yang semakin membesar," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani kepada Kontan.co.id, Senin (6/1).

Bila hal ini terus berlanjut, maka Shinta memandang bahwa ini bisa mengganggu stabilitas ekonomi nasional karena ada penggerusan devisa.

Untuk mengantisipasinya, Shinta pun mengimbau agar penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang bersifat konsumtif harus dikurangi sehingga ini pun tidak membebani subsidi.

Baca Juga: Emiten migas menadah untung dari kenaikan harga minyak

Indonesia pun diharapkan bisa mendiversifikasi sumber energi nasional, khususnya ke energi yang bisa diperbaharui.

"Bila ini tidak cepat ditangani, kita harus melepas subsidi BBM nasional secara keseluruhan sehingga berpotensi inflasi yang tinggi. Ini tentu akan meresahkan masyarakat dan bisa menyebabkan krisis nasional lebih tinggi," jelas Shinta.

Meski begitu, Shinta melihat bahwa hubungan antara Indonesia dan Iran masih baik dan tidak akan terpengaruh oleh AS.

Oleh karena itu, Indonesia masih bisa memiliki kesempatan untuk menguasai pasar tanpa merugikan Iran karena hubungan ekonomi Indonesia-Iran dinilai sangat komplementer.

Baca Juga: Timur Tengah bergejolak, harga emas berpotensi tembus US$ 1.600

Hanya saja, Shinta juga melihat bahwa dengan adanya konflik ini eksportir akan kesulitan berdagang. Hal ini disebabkan oleh sarana perbankan yang tidak bisa mendukung transaksi perdagangan yang besar antara Indonesia-Iran karena embargo dari AS.

"Secara tidak langsung ini pun menjadi glass ceiling terhadap perluasan ekspor nasional ke Iran padahal kita sangat butuh perluasan ekspor saat ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×