kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

JK: Kita belajar selesaikan konflik dari Rwanda


Jumat, 31 Oktober 2014 / 13:37 WIB
JK: Kita belajar selesaikan konflik dari Rwanda
ILUSTRASI. Vivo Y36 Series Segera Hadir di Indonesia, Yuk Intip Spesifikasinya


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan, Indonesia bisa belajar dari Rwanda mengenai penyelesaikan konflik dan cara bangkit kembali setelah konflik. Kalla menilai Rwanda sebagai negara yang bisa menyelesaikan konflik dengan baik.

"Rwanda itu terkenal karena konflik, tapi dia bisa selesaikan dengan baik. Kita juga bisa belajar bagaimana menyelesaikan konflik dan membuat kemajuan setelahnya," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Jumat (31/10).

Ia selesai menerima kunjungan Presiden Rwanda Paul Kagame. Kagame tampak mendampingi Kalla menyampaikan keterangan di hadapan media.

Kalla melanjutkan, Indonesia ingin mempererat hubungan kerja sama dengan negara-negara di Afrika Timur, termasuk Rwanda. Dalam kesempatan yang sama, Kagame mengatakan bahwa Rwanda ingin meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi dengan Indonesia. Rwanda juga ingin membangun kerja sama dengan Indonesia di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Rwanda sempak ambruk akibat perang saudara antara Presiden Juvenal Habyarimana dan pemberontak Front Patriotik sejak 1990. Konflik ini meletus saat Front Patriotik Rwanda melancarkan serangan dan berakhir pada 4 Agustus 1993 setelah ditandatanganinya Persetujuan Arusha yang membagi kekuasaan dalam pemerintahan.

Namun, pembunuhan Habyarimana pada April 1994 memicu Genosida Rwanda yang menewaskan hingga 800.000 orang. Setelah terjadinya pembunuhan massal tersebut, Front Patriotik Rwanda melancarkan serangan kembali dan akhirnya mengambil alih seluruh Rwanda. Front Patriotik Rwanda dan tentara pemberontaknya lalu melancarkan Perang Kongo Pertama (1996–1997), yang kemudian berlanjut menjadi Perang Kongo Kedua (1998–2003). (Icha Rastika)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×