Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID - Meski dalam berbagai kesempatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menolak menyebut Johannes Marliem sebagai saksi kunci atas dugaan proyek e-KTP, namun harus diakui rekaman 500 giga byte (GB) terkait proyek e-KTP milik Johannes Marliem akan memudahkan komisi antirasuah itu mengungkapkan dugaan kasus korupsi e-KTP.
KPK kini harus berjibaku dalam rentetan sidang marathon atas dugaan korupsi di proyek senilai Rp 5,9 triliun ini. Beberapa politisi dan pengusaha yang terlibat dan diduga bersekongkol dalam proyek ini mulai memasuki masa persidangan. Terbaru adalah sidang dakwaan atas Andi Agustinus alias Andi Naragong mulai bergulir kemarin. (15/8).
Kita memang harus bersabar menunggu hasil sidang dugaan korupsi e-KTP. Berharap rekaman yang acap Johannes Marliem sebut sebagai catatannya terungkap makin mengecil lantaran sang pemilik tewas. KPK kini harus berjibaku membuktikan keterlibatan anggota dewan dan pengusaha dalam proyek yang diduga merugikan negara sampai Rp 2,3 triliun ini.
Sebab, pihak berwenang Amerika Serikat sudah mengukuhkan identitas laki-laki yang bunuh diri di Los Angeles beberapa hari lalu sebagai Johannes Marliem. Juru bicara Coroner Los Angeles County Rayna Hernandez, Minggu waktu setempat, mengatakan Johannes Marliem, 32 tahun, tewas karena menembak kepalanya sendiri.
Tak banyak keterangan yang bisa terungkap dari keterangan juru bicara koroner AS itu. Segelap rekam jejak pribadi Johannes Marliem.
Namun, siapakah Johannes Marliem? Di laman sosial medianya, pria ini mengaku lahir di Jakarta 32 tahun yang silam. Menempuh pendidikan di Minnesota University jurusan psikologi dan sosial, Johannes Marliem menikah dengan Mai Chi Thor tanggal 12 Juni 2007. Keduanya memiliki seorang anak perempuan bernama An D Thor.
Johannes Marliem juga tercatat sebagai pemilik perusahaan jasa marketing di Minneapolis, Minnesota, AS, yakni Marliem Consulting. Ia direktur Biomorf Lone LLC, perusahaan yang yang mengerjakan proyek sistem identifikasi sidik jari otomatis atau automated finger print identification system (AFIS) untuk e-ID. Ya.. semacam tanda pengenal.
Pasangan suami istri Marliem ini juga sempat menyedot perhatian media AS. Keduanya masuk sebagai daftar donator Partai Demokrat di Amerika dengan memberikan sumbangan senilai US$ 225.000 dalam pelantikan Presiden Obama pada tahun 2013. Sumbangan ini lebih dua kali lipat dari sumbangan Alida Rockefeller Messinger, mantan istri Gubernur Mark Dayton saat itu.
Watchdog Minnesota Bureau bahkan mencatat Johannes tidak hanya mendonasikan dana sumbangan untuk Obama, melainkan juga ke Partai Demokrat. Tiga kali, ia tercatat menyumbangkan dana ke partai yang mengusung Obama sebagai presiden, yakni pada September 2013 ke partai Minnesota Democratic-Farmer-Labour (DFL), Desember 2013 kepada organisasi penggalangan dana WIN Minnesota serta pada malam Natal 2013 kepada Partai DFL. Sumbangan tersebut masing-masing senilai US$ 225.000.
Tak semuanya mulus, catatan kelam juga sempat ditorehkan Johannes Marliem. Pengadilan Hennepin County , Minnesota tahun 2009 menyebut Johannes pernah didakwa melakukan tindak kejahatan karena menulis cek kosong yang nilainya lebih dari US$ 10.000. Ia seolah memiliki dana di Bank TCF dan Wells Fargo, nyatanya duit itu tak ada di dua bank tersebut.
Akhirnya pada tahun 2010 , Johannes mengaku bersalah dan meminta pengurangan hukuman penjara. Permintaan ini lantaran ia khawatir terkena aturan imigrasi dengan konsekuensi terburuk deportasi. Ia pun memilih membayar denda . Sepenggal kasus tersebut sepertinya berakhir lancar. Nyatanya, Johannes resmi menjadi warga negara AS pada tahun 2014 silam.
Lantas dari mana pundi-pundi duit Johannes Marliem? Tak banyak terungkap. Tapi dalam wawancara Star Tribune, penyuka fotografi ini menyebut: ”Uang miliknya bukan dari menipu orang.” Ia sempat menyebut salah satu sumbernya adalah proyek e-KTP di Indonesia yang senilai US$ 600 juta.
Johannes ‘The Bluegatti’ Marliem
Jejak Johannes Marliem di dunia maya sedikit lebih terang. Oleh kawan-kawannya, ia acap disebut The Bleugatti. Ini merujuk koleksi supercar Blue Carbon Bugatti Veyron GS Vitesse miliknya. Julukan itu begitu populer di komunitas pecinta mobil super.
Saat Johannes Marliem dikabarkan tewas, komunitas pecinta mobil super ini mengucapkan kesedihan atas perginya The Bleugatti. Cobalah tengok #bleugatti di instragram, di sana terungkap: Johannes dikenal sebagai sosok yang humble dan baik hati.
Akun Instagram @mrm5man mengenang saat Johannes di balik kemudi mobil tercepat dunia seharga US $1,5 jutaan itu. Ia mengaku mengenal Jo, sapaan akrab Johannes,di Washington DC, Amerika Serikat pada tahun 2014.
“Ia tak menyalakan klakson, meski mobilnya terhalang mobil saya. Ia rela menunggu dan hanya memberi tanda ke saya seolah berkata, apakah saya sudah selesai,” tulis @mrm5man.
Lewat Instagram pula, sosok Jo bertautan dengan Richard Muljadi, pemilik akun @richardmuljadi. Ricard adalah cucu Kartini Muljadi, salah satu perempuan terkaya di Indonesia. Dalam kiriman video Maret 2016, Richard juga memuji kerendahan hati “The Bleugatti” itu.
Di laman Pinterest beda lagi. Menggunakan akun JMarliem, ia tampil sebagai pecinta hewan, khususnya orangutan. Foto-foto yang tertebar di Pinterest memperlihatkan aktivitasnya di kebun binatang Como Zoo and Marjorie McNeely Conservatory, di St. Paul, Minnesota, Amerika Serikat.
Jo sempat mengunjungi Jaya, orangutan koleksi Como Zoo yang berulang tahun. Jaya pun menerima cek Jo senilai US $66,000 untuk program pelestarian orangutan. "Ini spesies yang nyaris punah. Kita seharusnya bisa berbuat sesuatu pada orangutan," kata Marliem ke Star Tribune.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News