Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman melihat, insiden terjepitnya kapal Ever Given-Evergreen yang membuat Terusan Suez tersumbat, bukan menjadi pemicu harga minyak dunia meningkat.
“Masalah di Terusan Suez sudah teratasi. Harga minyak sudah terpantau turun hari ini,” ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Senin (29/3).
Adanya peningkatan harga minyak pada bulan ini lebih disebabkan oleh adanya pembatasan produksi oleh OPEC hingga Maret 2021. Nah, berlanjut atau tidaknya kenaikan harga minyak ini nantinya akan sangat bergantung pada permintaan dan pemulihan ekonomi global.
Baca Juga: Sambangi Kilang Balongan, Dirut Pertamina: Kobaran api mulai mengecil
Masalahnya, ada kondisi lockdown yang kembali diterapkan di Eropa yang bisa melemahkan permintaan minyak. Faisal khawatir, justru ini yang jadi pemicu lain kenaikan harga minyak karena ada potensi pembatasan produksi minyak yang diperpanjang akibat lemahnya permintaan.
Tentu ini juga akan memberi dampak pada meningkatnya total impor Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara net-importir minyak.
Dengan meningkatnya impor, ini bisa mengurangi kemungkinan surplus neraca perdagangan yang selama ini terjadi dan bahkan berbalik menjadi defisit neraca dagang.
Kekhawatiran semakin kuat setelah ada insiden kebakaran pada tanki T-301 di Kilang Balongan. Kebakaran ini akan mengurangi stok minyak Indonesia dan kemungkinan menaikkan impor minyak Indonesia untuk memenuhi kebutuhan.
Namun, Faisal melihat peningkatan impor baik dari sisi nilai maupun volume baru akan terjadi di semester II-2021. Karena, diperkirakan aktivitas yang memicu impor lebih tinggi baru akan bergulir cepat di paruh kedua tahun ini.
Baca Juga: Saat kebakaran, tanki di Kilang Balongan berisi 23.000 kl gasoline
Namun, ia mengingatkan, meski impor meningkat bukan serta merta didorong oleh impor minyak. Karena perhitungannya, kontribusi impor minyak mentah hanya di kisaran 2% hingga 4% dari total impor dan impor hasil minyak hanya 6% hingga 8% dari total impor Indonesia di tahun ini.
“Impor akan didorong oleh lebih tingginya impor bahan baku dan barang modal sebagai dampak dari lebih tingginya aktivitas investasi, seiring pemulihan ekonomi yang lebih cepat di semester II-2021,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News