kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi rendah digadang-gadang jadi penopang pertumbuhan ekonomi, ini kata ekonom


Kamis, 18 Juli 2019 / 21:19 WIB
Inflasi rendah digadang-gadang jadi penopang pertumbuhan ekonomi, ini kata ekonom


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi 2019 berada di bawah titik tengah kisaran sasarannya 3,5±1%. Inflasi yang proyeksikan bakal rendah ini, diyakini dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.

Gubernur BI perry Warjiyo mengatakan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil, termasuk dalam mengantisipasi musim kemarau yang lebih awal dan panjang.

Target inflasi ini berdasarkan pencapaian inflasi Juni 2019 tetap terjaga pada level yang rendah dan stabil. Di mana Inflasi Indeks Harga Konsumen Juni 2019 tercatat 0,55% (mtm) atau 3,28% (yoy), sedikit menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,68% (mtm) atau 3,32% (yoy).

Ekonom Maybank Luthfi Ridho menilai ada dua persepsi saat inflasi rendah. Pertama, pemerintah dapat menjaga stabilitas harga, biaya logistik, dan lain-lain. Kedua, harga tidak kemana-mana karena konsumsi yang melemah.

Nah, masalahnya konsumsi pada paruh kedua ini belum tentu akan membaik. Karenanya momentum Ramdan dan Idulfitri yang menjadi puncak konsumsi sudah lewat. Di sisi lain pada Mei-Juni lalu pertumbuhan konsumsi tidak setinggi periode sama tahun 2018.

Menurut Luthfi target inflasi tersebut masih tinggi, tersandung harga minyak global yang tidak banyak bergerak. 
Sementara, BI akhirnya memangkas suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.

Menurut Perry kebijakan moneter ini guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi supaya inflasi tetap terjaga rendah. Sementara, Luthfi bilang langkah BI tersebut menunjukkan outlook pertumbuhan ekonomi yang lebih melemah.

Namun dia tidak memungkiri pemangkasan BI 7-DRR masih dilakukan per hari ini karena ada tiga alasan. Antara lain, pada kuartal II pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari yang diperkirakan. Selain itu, sederet sentimen secara bersamaan melanda dari pemilu, perang dagang, Ramadhan-Idulfitri, serta tahun ajaran baru.

Pada semester II 2019, kata Luthfi sumber penggenjot pertumbuhan ekonomi paling tepat dari investasi. Namun, investasi butuh stimulus lebih dari sekadar pemangkasan suku bunga tapi juga kebijakan fiskal.

Dalam RDG BI juga menyampaikan current account deficit (CAD) sampai akhir tahun di kisaran 2,5%-3%. Menurut Luthfi CAD akan bergerak di level tersebut karena kemungkinan harga minyak global melemah. “Impor minyak jadi sedikit, tidak ada risiko naik,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×