kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Indonesia Siap Serap Kapas dan Gandum AS


Senin, 06 Agustus 2018 / 20:32 WIB
Indonesia Siap Serap Kapas dan Gandum AS
ILUSTRASI. ilustrasi impor Gandum


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Agung Jatmiko

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kunjungan Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita ke Amerika Serikat (AS) pada bulan Juli lalu menghasilkan sejumlah komitmen menyerap komoditas dari AS, mempertahankan fasilitas generalized system preference (GSP). Komoditas pertama adalah kapas oleh industri tekstil Indonesia, kedua adalah gandum dari AS.

Enggar menyatakan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) sepakat akan menyerap lebih banyak kapas dari AS. Secara umum saat ini Indonesia mengisi pangsa pasar kapas AS sebesar 4,5%. Kemudian terdapat potensi Indonesia bakal menyaingi penyerapan kapas China yang setara 26% pangsa pasar kapas AS. Maka dengan ketegangan antar kedua negara tersebut, Indonesia bisa menyasar celah tersebut.

"Nah dengan peningkatan tarif antara kedua negara itu, kita minta market ekspor kita diprioritaskan karena harga pasti lebih murah. Pengusaha sanapun mengakui kualitas kita tidak kalah," kata Enggar, Senin (6/8).

Menurut Enggar, pihak industri tekstil Indonesia menyatakan sanggup melakukan komitmen tersebut. Apalagi dengan kondisi oversupply di AS sana, maka harga sedang turun dan menjadi kesempatan bagi pengusaha Indonesia untuk serap sebanyaknya.

Rencananya, seiring bertambahnya bahan baku maka otomatis produksi juga meningkat. Kemudian ekspor tekstil Indonesia ke AS juga bakal meningkat.

Tak hanya pada komoditas kapas, namun penambahan impor juga bisa terjadi pada komoditas gandum. Selama ini Indonesia memang banyak mengimpor dari Australia, namun keadaan tersebut bisa berubah sesuai dengan kondisi harga dan suplai.

"Saya katakan kita tidak memberikan batasan, tidak ada non tarrif barrier bagi produk agrikultur AS karena memang putusan WTO haruskan kita merubah itu. Jadi silahkan saja impor dan sekarnag kita tinggal mengatur sumber impornya darimana, kita akan serap cotton dan wheat AS," kata Enggar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×