Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BOGOR. Pemerintah Indonesia dan Malaysia mencari cara melawan diskriminasi sawit dari Uni Eropa (UE). Salah satunya melalui jalur Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN).
"Jadi diskriminasi sawit tidak hanya concern Indonesia dan Malaysia, tetapi juga jadi concern ASEAN," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Raja Malaysia Al- Sultan Abdullah Ri’ayatauddin Al Mustafa Billah Shah, Selasa (27/8).
Baca Juga: Malaysia Ingin Barter CPO dengan Pesawat Tempur dan Kapal Perang
Adanya ASEAN akan semakin menguatkan posisi Indonesia dan Malaysia. Kedua negara produsen tersebut selama ini berjalan masing-masing dalam menghadapi diskriminasi dari UE.
Perlawanan bersama ASEAN juga dilakukan melalui kelompok kerja. Saat ini ASEAN dengan UE tengah membentuk kelompok kerja untuk minyak sawit.
"Sebelum working group, saya minta kedua belah pihak menentukan mau bekerja mengarah ke mana," terang Retno.
Working group tersebut tidak akan berjalan bila tidak ada kesepakatan. Retno bilang tidak akan menjalankan working group karena khawatir terdapat perbedaan agenda di tengah jalan.
Baca Juga: Tarif Impor CPO Malaysia ke India direkomendasikan Naik 5%
Selain itu menteri peningkatan serapan dalam negeri pun perlu terus dilakukan. Hal itu agar harga sawit dapat terjaga dengan baik karena permintaan tetap tinggi.
Asal tahu saja, saat Indonesia telah menerapkan biodiesel 20% (B20) yang akan ditingkatkan menjadi B30. Sementara Malaysia masih pada penerapan B10.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News