Reporter: Noverius Laoli | Editor: Mesti Sinaga
JAKARTA. Importir sapi mengeluhkan penghentian impor secondary cut dan jeroan. Keputusan Kementerian Pertanian yang tidak akan memberikan rekomendasi izin impor daging sejak awal Januari 2015 memukul bisnis importir daging dan berdampak juga pada hotel dan restoran yang selama ini menggunakan jeroan.
Bahkan, menurut Ketua Asosiasi Pengimpor Daging Indonesia (ASPIDI) Thomas Sembiring, penghentian impor jeroan tersebut juga bias mengancam rencana swasembada daging. Pasalnya, pelarangan tersebut akan mendorong pemotongan hewan lokal dalam jumlah besar.
Thomas menambahkan, keputusan tersebut dibuat tanpa mempertimbangkan ketersediaan jeroan dalam negeri yang masih kurang dan kualitas jeroan yang rendah. "Keputusan itu pasti berpengaruh kepada restoran mancanegara, sebab jeroan lokal belum memenuhi standar dan kualitas jeroan impor," ujarnya.
Kebijakan penghentian impor tersebut, kata Thomas, akan memaksa restoran dan konsumen menggunakan daging lokal yang kualitasnya lebih rendah..
Dengan adanya pelarangan impor jeroan ini, Thomas khawatir pengalaman tahun 2012 akan terulang. Kala itu, impor daging dibatasi, akibatnya, hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan terjadinya pengurangan populasi sapi lokal. Terkurasnya persediaan sapi lokal justru membuat Indonesia jauh dari cita-cita swasembada daging.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan keputusan menstop impor jeroan sudah dipertimbangkan secara matang. Pemerintah menilai produksi jeroan dalam negeri telah bisa memenuhi kebutuhan, malahan surplus.
Ke depan, pemerintah ingin mengganti impor jeroan dengan impor bibit yang bisa dibesarkan dalam negeri. "Peternakan ada anggaran tambahan sebesar Rp 1,5 triliun, salah satunya beli sapi indukan," ujarnya.
Ia menilai impotir daging tidak keberatan atas kebijakan tersebut. Adapun kebutuhan untuk restoran serta hotel bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News