Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga mengatakan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) MinyaKita bukan masalah bagi produsen.
"HET naik karena harga CPO naik itu kira-kira sekarang sudah di level Rp 12.500. Nah HET itu mau naikkan ke seribu atau dua ribu saya kira masih relatif aman," ungkap Sahat saat ditemui Kontan.co.id , Kamis (6/6).
Meski begitu ia memberi catatan kepada pemerintah agar selektif dalam menunjuk kelompok masyarakat yang layak mendapatkan minyak goreng dengan harga HET.
"Kita perlu melihat siapa saja yang perlu mendapatkan migor dengan harga HET, tidak semua kan. Nah itu yang perlu di-split, bahwa kalau katanya masyarakat ekonomi lemah juga definisi yang mana," ungkapnya.
Baca Juga: Cek Daftar Relaksasi HET Beras Premium dan Medium di Seluruh Indonesia
Dia menambahkan dengan proses selektif pemerintah tidak memerlukan produksi MinyaKita hingga 300 ribu ton per bulan. "Kalo hanya sekian persen kita enggak perlu sampai 300 ribu ton per bulan, mungkin 80 ribu ton cukup," ungkap Sahat.
"Nah jadi yang saya sarankan penyalurannya dilakukan oleh badan pemerintah, kan ada distributor pemerintah seperti ID FOOD dan Bulog, itu Bulog juga tahu siapa aja yang miskin, disamakan aja itu (penerima)," imbuh dia.
Sebagai tambahan informasi, Pemerintah telah resmi menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng murah, MinyaKita. Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) menyebut HET MinyaKita memang layak naik menjadi Rp 15.000 per liter-Rp 15.500 per liter dari HET sebelumnya Rp 14.000 per liter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News