Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengakui bahwa ekspor ikan dan produk perikanan ke Uni Eropa masih mengalami kendala.
Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan, Ishartini, mengungkapkan bahwa saat ini hanya ada 176 perusahaan yang mampu menembus pasar Uni Eropa, dan jumlah tersebut belum mengalami peningkatan selama tujuh tahun terakhir.
“Sudah 7 tahun kita belum bisa menambah jumlah maupun varian produk yang bisa diekspor ke sana,” kata Ishartini dalam Konferensi Pers Laporan Kinerja KKP di Jakarta, Selasa (30/7).
Baca Juga: KKP Pastikan Penangkapan Ikan Terukur Siap Dilaksanakan Tahun 2025
Sebagai informasi, beberapa negara menjadi pangsa pasar utama ekspor produk perikanan Indonesia.
Pasar terbesar adalah Amerika Serikat dengan nilai US$ 1,91 miliar atau setara 33,9% dari total nilai ekspor produk perikanan Indonesia.
Pasar berikutnya adalah Tiongkok dengan nilai US$ 1,14 miliar (20,2%), Jepang sebesar US$ 690,70 juta (12,3%), negara-negara di kawasan ASEAN dengan nilai US$ 667,83 juta (11,9%), serta Uni Eropa dengan nilai US$ 335,27 juta (6,0%).
Ishartini menyatakan bahwa perbaikan mutu dan kualitas masih menjadi pekerjaan rumah agar produk perikanan dalam negeri bisa diterima di Uni Eropa.
Baca Juga: Masih Rendah, PNBP Perikanan Tangkap Baru Capai Rp 533 Miliar
Saat ini, pihaknya bersama dengan pelaku usaha dari sektor hulu penangkapan hingga hilir pengelolaan, mulai membangun kesadaran bersama akan pentingnya penjaminan mutu.
Salah satu langkah yang dilakukan, misalnya di sektor budidaya, adalah melakukan sertifikasi penjaminan mutu agar produk perikanan Indonesia bisa bersaing.
“Ini juga bisa meyakinkan negara tujuan ekspor, sehingga approval number kita bisa bertambah. Dengan begitu, volume dan nilai ekspor ke Uni Eropa juga meningkat,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News