Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyarankan Bank Indonesia (BI) memperluas kerja sama local currency swap (LCS) dengan bank sentral negara mitra dagang utama.
"Ya dilihat saja mitra dagang utama kita siapa saja. Di ASEAN masih ada Singapura dan Filipina," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (13/11).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Singapura menduduki negara pertama di ASEAN yang nilai ekspor-impor yang cukup besar dengan Indonesia.
Nilai ekspor non-migas dengan negara singa tercatat US$ 603,7 juta, sedangkan nilai impornya US$ 763,1 juta. Setelah Singapura diikuti Malaysia dan Thailand.
Nilai ekspor ke Malaysia dan Thailand masing-masing tercatat US$ 650,9 juta dan US$ 485,5 juta. Sedangkan impornya masing-masing US$ 920,9 juta dan 475,4 juta. "Urutan ke empat dengan Filipina," ungkap David.
Sedangkan mitra dagang utama Indonesia tetap dipegang oleh China. Per September 2018 nilai ekspor ke China tercatat US$ 1,92 miliar, sedangkan impornya Rp 3,69 miliar.
Apabila mitra dagang besar Indonesia menggunakan LCS, maka cukup besar peluang bagi Tanah Air untuk tidak tergantung pada dolar Amerika Serikat (AS) dalam melakukan transaksi.
Saat ini, Indonesia telah melakukan kerja sama LCS dengan Thailand dan Malaysia. Ke depan, diharapkan BI sudah bisa melakukan ekspansi ke bank sentral negara lain, terutama mitra dagang seperti Singapura, Filipina dan China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News