kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Memperkirakan Tren Penurunan Kemiskinan Masih Berlanjut di Akhir Tahun Nanti


Jumat, 15 Juli 2022 / 20:41 WIB
Ekonom Memperkirakan Tren Penurunan Kemiskinan Masih Berlanjut di Akhir Tahun Nanti
ILUSTRASI. Dua warga melintas di kawasan rumah padat penduduk Kebun Melati, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Ekonom Memperkirakan Tren Penurunan Kemiskinan Masih Berlanjut di Akhir Tahun Nanti.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tingkat kemiskinan di Indonesia menurun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2022 sebanyak 26,16 juta orang atau turun 0,34 juta orang dari data September 2021 yang sebanyak 26,50 juta orang.

Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2021 yang sebanyak 27,54 juta orang, jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 juga berkurang 1,38 juta orang. Adapun penurunan ini mencerminkan pemulihan ekonomi Indonesia yang berjalan dengan baik.

"Kalau dilihat dari tren yang disampaikan, kita bisa melihat bahwa dengan tren pemulihan ekonomi yang terjadi pada triwulan I, itu juga berpengaruh kepada kemiskinan di tahun 2022 ini . Jadi sejalan, ekonomi membaik, kemiskinannya juga mengalami penurunan," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam siaran pers yang dipantau secara daring, Jumat (15/7).

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet memperkirakan, dengan asumsi pemulihan ekonomi yang berlanjut, ada peluang kemiskinan di Indonesia mengalami tren penurunan yang berlanjut hingga di akhir tahun nanti.

Baca Juga: BPS: Pemulihan Ekonomi Indonesia Dibayangi Kenaikan Harga Komoditas

Namun demikian, menurutnya hal tersebut juga akan bergantung dari seberapa tinggi inflasi akan terjadi di sepanjang sisa tahun 2022.

"Karena seperti yang kita tahu ketika inflasi mengalami peningkatan dan menekan daya beli maka ini akan berpotensi meningkatkan jumlah orang yang dikategorikan sebagai penduduk miskin," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7).

Terlebih lagi, Ia mengatakan, jumlah orang yang masih berada dalam kategori rentan dan hampir miskin juga masih relatif besar sehingga ketika ada sedikit guncangan terhadap daya beli mereka, maka mereka sangat rentan untuk masuk ke kategori orang yang dikategorikan miskin.

Selain inflasi, Yusuf menyampaikan, tingkat kemiskinan yang terjadi di sisa tahun ini juga akan dipengaruhi oleh penyaluran bantuan yang akan dilakukan oleh pemerintah.

Menurutnya, dengan masih terbukanya ruang fiskal, pemerintah bisa menyalurkan bantuan apabila inflasi mengalami peningkatan di luar batas target yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Baca Juga: BPS Catat 52,96% Penduduk Miskin di Indonesia Ada di Pulau Jawa

Sekedar mengingatkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat , tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Juni 2022 mencapai 4,35% (year-on-year/yoy). Tingkat inflasi tersebut sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Juni 2017.

Adapun untuk ketimpangan, menurut Yusuf, peluang untuk mengalami peningkatan juga masih akan ada. Hal ini dikarenakan apabila berbicara mengenai ketimpangan, maka isunya tidak hanya sekedar inflasi dan daya beli, tetapi juga kemampuan masyarakat golongan menengah ke bawah untuk menghasilkan pendapatan atau pun penghasilan yang relatif lebih tinggi.

Sehingga, hal tersebut akan dipengaruhi bagaimana pemerintah dalam mendorong penciptaan lapangan kerja di sisa akhir tahun ini.

"Hal ini memang tidak bisa dikerjakan sendiri oleh pemerintah, tetapi juga perlu ada dukungan dari sisi moneter dan juga dari sektor riil," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×