kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Melihat Ada Potensi Perlambatan Ekonomi 2023, Ini Faktornya


Rabu, 04 Januari 2023 / 15:09 WIB
Ekonom Melihat Ada Potensi Perlambatan Ekonomi 2023, Ini Faktornya
Aktivitas bongkar muat kontainer berlangsung di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (15/12/2022). Ekonom Melihat Ada Potensi Perlambatan Ekonomi 2023, Ini Faktornya.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perlambatan pertumbuhan ekonomi berpeluang besar dirasakan Indonesia pada tahun 2023. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini di kisaran 4,7% secara tahunan atau year on year (yoy) hingga 4,9% yoy. 

Ini lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan ekonomi 2022 darinya yang sebesar 5,2% yoy hingga 5,3% yoy. 

Josua bilang, perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini seiring dengan ketidakpastian global yang akan memengaruhi kinerja perekonomian Indonesia. 

Baca Juga: Sri Mulyani: Momentum Pemulihan Ekonomi RI Masih Terjaga di 2022

"Banyak negara maju seperti Eropa, Inggris, maupun Amerika Serikat (AS) yang terancam resesi. Ini bisa memengaruhi kinerja perekonomian kita," tutur Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (3/1). 

Perlambatan ekonomi global akan memengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Pun akan memengaruhi keputusan investasi di dalam negeri. 

Selain itu, bank-bank sentral negara di dunia mengerek suku bunga acuan. Ini pun direspon dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). 

Meski memang berfungsi untuk menjaga stabilitas rupiah dan menjangkar ekspektasi inflasi, Josua memandang kenaikan suku bunga acuan akan memengaruhi konsumsi rumah tangga. 

Baca Juga: Kemenkeu: Kinerja Manufaktur Indonesia Masih Menunjukkan Tren Penguatan

Dari sisi dalam negeri, Josua menyoroti beberapa sektor lapangan usaha. Ia khawatir dengan perkembangan beberapa sektor usaha yang kurang baik. Diikuti dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawannya. 

"Sektor tekstil dan garmen contohnya mengalami PHK. Ini juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi," tambah Josua. 

Namun, meski begitu, Josua memandang masih ada beberapa sektor yang tumbuh pulih dan memiliki daya tahan, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Seperti, sektor makanan dan minuman, serta sektor perdagangan. Ini juga seiring dengan langkah pemerintah untuk mencabut pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada akhir 2022. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×