Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data settlement Bank indonesia (BI), dalam dua pekan pertama tahun 2021 tercatat aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik sebesar Rp 8,55 triliun.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira melihat, tren aliran modal asing yang masuk masih akan terus berlanjut ke depan.
“Ini seiring dengan mulai berjalannya pemerintahan Biden, rebound beberapa harga komoditas sejak awal tahun, juga optimisme yang terbangun akibat vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (18/1).
Baca Juga: Menkeu: Ekonomi Indonesia baru rebound di kuartal II-2021
Sayangnya, Bhima masih melihat beberapa hal yang bisa menghambat aliran modal asing yang masuk, seperti bencana alam yang terjadi di beberapa daerah yang bisa mengganggu distribusi logistik dan pemulihan ekonomi.
Hambatan lain yang berpotensi muncul adalah laporan keuangan emiten yang di bawah ekspektasi investor, serta peningkatan non performing loan (NPL) beberapa bank.
Namun, yang paling harus diperhatikan adalah jumlah kasus harian Covid-19. Seperti yang kita ketahui, dalam beberapa waktu terakhir kasus harian virus ini terus mencetak rekor tertingginya.
Bhima pun mengimbau agar pemerintah terus berupaya dalam menekan kasus harian tersebut. Kalau kasus harian bisa ditekan sampai 3.000 kasus misalnya, Bhima yakin Indonesia banjir dana asing.
Selain itu, Bhima juga mengimbau agar Bursa Efek Indonesia (BEI) perlu mendorong startup untuk melantai di bursa. “Makin banyak startup apalagi level unicorn listing di pasar modal, inflow juga bakal deras,” tambahnya.
Baca Juga: Kasus Covid-19 melonjak, Sri Mulyani prediksi ekonomi kuartal I-2021 tumbuh melambat
Lebih lanjut, aliran modal asing yang masuk ini membantu menyuburkan prospek nilai tukar rupiah. Perkiraannya, nilai tukar rupiah bakal bergerak di rentang Rp 14.100 hingga Rp 14.500 hingga kuartal pertama tahun ini.
Meski cenderung stabil, Bhima tetap meminta agar otoritas terkait tetap waspada dengan risiko mata uang Garuda. “Seperti neraca transaksi berjalan yang surplus di kuartal III-2020, bisa kembali defisit seiring normalisasi. Impor juga bisa membengkak jika ada fase pemulihan,” tandas Bhima.
Selanjutnya: Menkeu: Ekonomi Indonesia baru rebound di kuartal II-2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News