kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.904   26,00   0,16%
  • IDX 7.211   70,15   0,98%
  • KOMPAS100 1.108   13,11   1,20%
  • LQ45 880   13,40   1,55%
  • ISSI 221   1,38   0,63%
  • IDX30 450   7,23   1,63%
  • IDXHIDIV20 541   6,43   1,20%
  • IDX80 127   1,62   1,29%
  • IDXV30 135   0,66   0,50%
  • IDXQ30 149   1,87   1,27%

Dukung Susu Ikan, Menteri KKP Sebut Protein Ikan Lebih Tinggi Dibanding Non Ikan


Minggu, 29 September 2024 / 15:47 WIB
Dukung Susu Ikan, Menteri KKP Sebut Protein Ikan Lebih Tinggi Dibanding Non Ikan
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) optimis susu ikan menjadi salah satu pilihan kebutuhan protein masyarakat. Pasalnya, protein ikan sedikit lebih tinggi dibandingkan protein non-ikan.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono saat menjadi pembicara dalam webinar nasional “Mengenal Kandungan Gizi Susu Ikan” yang diadakan Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia, Jumat (27/9).

Trenggono mengungkapkan, susu ikan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi, yaitu 7 gram per 35 gram takaran saji, sedangkan susu sapi mengandung 6 gram protein.

“Susu ikan juga kaya akan Omega-3, dengan 49 mg per takaran saji, asam amino esensial dan non esensial, serta tidak mengandung laktosa, menjadikannya pilihan yang baik bagi mereka yang intoleran laktosa,” ungkapnya.

Baca Juga: Hitung-Hitungan Potensi Penerimaan Negara dari Ekspor Pasir Laut

Trenggono mengatakan, produksi perikanan Indonesia selama satu dekade terakhir stabil di kisaran 20-25 juta ton per tahun, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata sekitar 2%.

Artinya, sumber protein dari sektor perikanan masih melimpah ketimbang sumber protein berbasis darat yang saat ini sebagian besar dari ekspor.

“Ikan telah menjadi sumber protein penting dalam pola makan masyarakat Indonesia, dan masih ada ruang untuk peningkatan,” katanya.

Trenggono menjelaskan, Hidrolisat Protein Ikan (HPI) hadir untuk menjawab tantangan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang tidak suka makan ikan karena bau amis, alergi, makannya ribet, berduri dan lain sebagainya.

Menurutnya, HPI yang menjadi bahan baku utama susu ikan juga memiliki karakteristik yang multifungsi dan praktis, sehingga dapat mendorong terciptanya inovasi produk pangan lokal unggulan lainnya melalui fortifikasi bahan makanan dan minuman.

“Melalui teknologi ultrafiltrasi, kita dapat menghilangkan komponen yang menyebabkan bau amis dan alergen pada ikan. Hasilnya adalah susu ikan yang tidak hanya aman dikonsumsi tetapi juga tidak berbau amis, menjadikannya lebih diterima oleh masyarakat luas,” jelasnya.

Di sisi lain, lanjut Trenggono, susu sapi memiliki kandungan lemak dan kalsium yang lebih tinggi, serta beragam vitamin. Kedua jenis susu ini menawarkan manfaat yang berbeda tergantung pada kebutuhan nutrisi masing-masing.

“Dengan kandungan nutrisi yang tinggi dan manfaat kesehatan yang signifikan, produk susu ikan dapat menjadi alternatif penting untuk memenuhi kebutuhan gizi generasi emas 2045,” tandasnya.

Baca Juga: Estetika Tata Tiara (BEEF) Siap Dukung Program Makanan Bergizi Gratis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×