CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.990   -93,00   -0,59%
  • IDX 7.227   12,30   0,17%
  • KOMPAS100 1.105   2,62   0,24%
  • LQ45 878   2,61   0,30%
  • ISSI 219   0,52   0,24%
  • IDX30 450   1,49   0,33%
  • IDXHIDIV20 542   2,05   0,38%
  • IDX80 127   0,30   0,24%
  • IDXV30 136   0,51   0,38%
  • IDXQ30 150   0,46   0,31%

Duh, Harga-Harga Makin Melambung


Jumat, 01 Agustus 2008 / 21:16 WIB
Duh, Harga-Harga Makin Melambung


Reporter: Aprillia Ika,Martina Prianti | Editor: Test Test

JAKARTA. Duh, harga barang yang beredar di tengah masyarakat masih saja tinggi. Mirisnya lagi, harga-harga tersebut hingga akhir tahun ini belum akan segera turun. Malah, bisa kembali naik bila pemerintah tidak bisa mengendalikan beberapa komoditi.

Tingginya harga barang yang beredar bisa kita lihat dari angka inflasi bulan Juli 2008 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Inflasi bulan Juli 2008 (inflasi bulanan) masih tinggi yakni 1,37%. Sementara inflasi tahun kalender (Januari 2008-Juni 2008) sebesar 8,85%, dan tahunan (Juli 2007-Juli 2008) sebesar 11,90%.

Angka inflasi ini di luar perkiraan banyak ekonom yang memprediksi inflasi Juli di bawah 1%. Nyatanya tetap di atas 1%. Angka-angka inflasi di atas menunjukkan harga-harga barang masih tetap tinggi. Anda tentu sudah mafhum, bila inflasi merupakan metode untuk mengukur harga barang plus tingkat kenaikannya.

Memang, dibandingkan inflasi sebesar 1,37% terjadi bulan Juli 2008, inflasi di Bulan Juni 2008 yang mencapai 2,46% jauh lebih besar. Tapi laju inflasi tahun kalender (Januari-Juni 2008) sudah mencapai 7,37% dan inflasi year on year 11,03%

Menurut penelusuran Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi terjadi karena kenaikan index di tujuh kelompok barang dan jasa. "Kenaikan tersebut karena euforia kenaikan BBM," ujar Rusman Heriawan, Kepala BPS, dalam keterangan Pers-nya hari Jumat, 1/8, lalu. Pada urutan pertama, inflasi kelompok bahan makanan sebesar 1,85%. Posisi kedua, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 1,80%. Ketiga, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,74%. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,07%. Selanjutnya, kelompok sandang sebesar 0,81%, kelompok kesehatan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan masing-masing sebesar 0,71%.

Menurut catatan BPS pada komoditi cabe rawit, bobot inflasinya tergolong tinggi sebesar 40,9%. Tapi BPS memandang bahwa bobot inflasi daging ayam dan telur ayam ras malah lebih tinggi dari cabe rawit. Masing-masing naik 6,51% dan 12,27% pada bulan Juli dibanding Juni 2008. Padahal, belum masuk Lebaran.  "Jadi simpel saja, kalau mau mempertahankan inflasi 11% maka suplai komoditi-komoditi tadi harus dijaga," tegas Rusman.

"Sebenarnya masalah target inflasi sampai akhir tahun 2008 tergantung pada perkembangan inflasi di lima bulan mendatang," ujar Rusman. Karena, dalam lima bulan mendatang masyarakat Indonesia akan menghadapi bulan puasa, Lebaran dan natal.

Menurut catatan BPS, pada bulan Agustus sampai Desember 2007 lalu, terjadi inflasi yang tinggi. Bulan Agustus 2007 inflasi 0,75%, menanjak di September menjadi 0,80%  karena memasuki bulan puasa, dan turun lagi di bulan Oktober menjadi 0.79%. Nah, kalau inflasi bulan Agustus dan September 2008 nanti bisa lebih rendah dari tahun lalu, maka target 11% inflasi 2008 masih bisa dipertahankan.

Ekonom Danareksa Purbaya Yudhi Sadewa yang mengaku salah memprediksi besaran inflasi bulanan mengatakan, tingginya inflasi karena masih adanya dampak kenaikan harga BBM bulan Mei lalu. "Selain itu, inflasi tinggi juga disebabkan adanya sejumlah kebijakan dan kabar yang tidak sedap. Seperti kebijakan kenaikan harga gas dan kabar naiknya harga tarif daftar listrik (TDL)," jelas Purbaya.

Tapi menurut prediksi Purbaya, inflasi bulanan pada tahun ini bakal turun pada bulan Agustus. Pasalnya, selain adanya indikasi kuat  penurunan harga komoditas di pasar dunia seperti minyak dan bahan makan juga karena di bulan Agustus bakal ada panen raya.

Sementara Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi mengatakan, untuk menjaga agar tingkat inflasi tidak semakin tinggi pemerintah harus mampu meningkatkan kebijakan khususnya seputar infrastruktur. "Inflasi kita bulan ini itu tidak terlepas dari harga energi dan makanan. Tapi pertumbuhan ekonomi kita tidak akan lebih dari 6%. Makanya pemerintah akan harus memanfaatkan benar momentum itu," papar Sofyan.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×