Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Perang Rusia dan Ukraina hingga saat ini belum juga usai. Ketegangan tersebut dinilai memperburuk inflasi di banyak negara salah satunya memicu krisis pangan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, ketegangan kedua negara tersebut membuat persoalan baru muncul di perekonomian di tengah permasalahan lain akibat pandemi Covid-19.
Selain itu, sederet sanksi dari berbagai negara terhadap Rusia dan pilihan banyak negara untuk membatasi ekspor, khususnya pangan juga makin memperparah keadaan. Banyak negara-negara berkembang yang ikut kena imbas akibat permasalahan tersebut.
Di hadapan sejumlah delegasi yang hadir, Sri Mulyani menekankan permasalahan tersebut harus segera diselesaikan. Hal ini dikhawatirkan bisa membawa jutaan orang masuk ke dalam jurang krisis pangan.
Baca Juga: Pimpin Pertemuan Jalur Keuangan G20, Sri Mulyani Kenang Mantan PM Jepang Shinzo Abe
“Saya yakin Anda semua sebagai menteri keuangan sekaligus gubernur bank sentral melihat ini sebagai ancaman bagi stabilitas makro ekonomi kita serta lingkungan yang kondusif bagi kita untuk mempertahankan pemulihan,” tutur Sri Mulyani saat memimpin pertemuan ketiga Finance Ministers and Central Bank Governors (FMBG) Meeting, di Nusa Dua Bali, Jumat (15/7).
Adapun menurut Program Pangan Dunia, jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2019, dari sebelum pandemi sebanyak 135 juta orang dan menjadi 176 juta orang.
Sri Mulyani bilang, penanganan krisis pangan bisa dilakukan dengan mengerahkan semua mekanisme pembiayaan yang tersedia. Hal ini diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas keuangan serta sosial.
Sebagai informasi, dalam pertemuan tersebut dari 71 undangan, sebanyak 69 delegasi dinyatakan akan hadir dalam forum tersebut, dengan total sebanyak 447 orang yang hadir secara fisik dan 82 orang hadir secara virtual.
Tampak hadir secara fisik Menteri keuangan Amerika Serikat Janet Yellen, Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman dan Menkeu Afrika Selatan Enoch Godongwana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News