Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan selama Mei 2018 mengalami defisit sebesar US$ 1,52 miliar atau sekitar Rp 21,4 triliun, mengecil dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 1,63 miliar.
Defisit ini disebabkan laju impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor. Nilai ekspornya sendiri selama bulan lalu mencapai US$ 16,12 miliar atau mengalami kenaikan 10,9% secara bulanan (mtm) maupun naik 12,47% secara tahunan (yoy).
Sementara dari sisi impor tercatat sebesar US$ 17,64 miliar atau nailk 9,17% (mtm) dan naik 28,12% (yoy).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, dari angka neraca perdagangan pada bulan lalu ini, pemerintah optimistis bisa mengakhiri defisit.
“Tadi juga di istana dialog dengan Presiden Joko Widodo, fokus kami mendorong supaya neraca perdagangan cepat selesai,” kata Darmin saat ditemui di kantornya, Senin (25/6).
Ia mengatakan, pemerintah tidak mau berlama-lama untuk mendorong neraca perdagangan tak lagi defisit. Sebab, dalam kondisi saat ini, Indonesia rentan terkena pengaruh dari huru-hara perdagangan global.
“Kalau tidak, dalam siatuasi ancam mengancam perang dagang, kita akan terpengaruh. Keuangan global pasti terpengaruh dan kita akan tertekan lebih banyak. Sebab, sudah ada pengaruh juga dari The Fed menaikkan tingkat bunga,” jelasnya.
Ia melanjutkan, dari sisi impor sebenarnya masih dikurangi, khususnya dari segi impor barang konsumsi. Meskipun dari segi impor bahan baku, dia mengatakan, tidak bisa dikurangi karena menyangkut produksi dalam negeri.
“Mungkin ada yang bisa lebih dirasionalkan walaaupun bahan baku dan penolong mestinya tidak diganggu karena itu akan mempengaruhi pertumbuhan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News