kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Defisit fiskal 2014 bisa melebar


Senin, 24 Februari 2014 / 08:11 WIB
Defisit fiskal 2014 bisa melebar
ILUSTRASI. Hotel Anti Mainstream di Bali yang Wajib Anda Coba, The Lost Lindenberg


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2014 dipastikan akan mengalami perubahan, seiring melesetnya sejumlah asumsi makro. Sebelumnya Menteri Keuangan Chatib Basri mengumumkan perubahan asumsi makro yang diantaranya pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai 5,8%-6%, lalu inflasi sebesar 5,4%-5,7%, nilai tukar rupiah Rp 11.500-12.000 per Dollar AS, dan lifting minyak sebesar 800 ribu barrel - 830 ribu barrel per hari.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan dampak dari perubahan itu akan merubah postur APBN secara keseluruhan. Jika itu terjadi maka defisit APBN bisa melebar dari target yang ditetapkan pemerintah sebelumnya. Adapun dalam APBN 2014, target defisit yang ditetapkan sebesar 1,69% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), atau sekitar Rp 175,4 triliun.

Selain itu, Armida juga bilang pemerintah akan mengantisipasi inflasi supaya tidak berdampak pada penambahan jumlah kemiskinan dan subsidi. Seperti diketahui, jika subsidi membengkak maka potensi bertambahnya jumlah belanja pemerintah bertambah. "Intinya dari sini adalah pengendalian harga," ujar Armida, Jumat (21/2) di Jakarta.

Sementara itu, staf ahli Bappenas bidang Ekonomi dan Pembiayaan Pembangunan Bambang Prijambodo menambahkan, penerimaan negara diperkirakan akan lebih rendah dari target alias short fall. Ini disebabkan oleh lifting yang di luar target dan merosotnya ekspor karena nilai tukar rupiah yang menguat. Jika ekspor merosot bisa dipastikan penerimaan negara dari pajak juga berkurang.

Disisi lain, impor berpeluang bertambah jika konsumsi tidak dijaga dan pertumbuhan ekonomi mengalami perbaikan. Sebab, pertumbuhan ekonomi akan berbanding lurus dengan daya beli industri dan rumah tangga yang harus dipenuhi dengan cara impor. "Pemerintah harus mengantisipasi kemungkinan defisitnya bisa melebar," ujar Bambang.

Pengetatan fiskal

Terkait kondisi makro ekonomi secara global, Bambang melihat ekonomi global relatif akan lebih stabil seiring perbaikan pertumbuhan di beberapa negara maju atau negara berpendapatan advance seperti Cina dan Amerika Serikat. Meski begitu, pertumbuhan yang terjadi tidak akan terlalu luar biasa.

Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko juga bilang kemungkinan defisit lebih besar dari target bisa saja terjadi. "Namun, jika melihat soal kondisi fiskal, tentu pemerintah akan tetap menjaga agar tidak melampui target. Hal ini terkait dengan kebijakan yang tengah dilakukan, yaitu pengetatan fiskal atau fiscal tightening," urainya.

Namun demikian, pergerakan nilai tukar memang sulit diprediksi karena diluar kontrol pemerintah. Yang bisa dilakukan oleh pemerintah hanyalah meminimalisir dampaknya terhadap ekspor. Dengan cara mendorong ekspor lebih besar, atau menekan impor lebih besar lagi. Prasetyantoko menganggap pemerintah dan BI cukup berhasil dalam menekan impor pada tahun 2013 lalu dengan menekan pertumbuhan.

Sementara terkait lifting yang diperkirakan di bawah target, Ia mengatakan memang sulit untuk mengejar target lifting. Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, realisasi lifting memang selalu di bawah target. "Sebetulnya untuk lifting sudah bisa diprediksi sejak awal, karena melihat kapasitas produksi kita yang tidak banyak berubah," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×