kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Defisit dagang dengan China berlanjut, tapi kian menipis


Selasa, 02 Agustus 2011 / 08:22 WIB
ILUSTRASI. Ilustrasi kesehatan perempuan kanker payudara


Reporter: Herlina Kartika Dewi, Umar Idris | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Meski neraca perdagangan Indonesia dengan China masih mengalami defisit, tapi angka defisit perdagangan dengan China semakin menyempit. Jika tren ini terus berlanjut, Badan Pusat Statistik (BPS) optimistis pada akhir tahun ini Indonesia bisa mengalami surplus perdagangan dengan China.

Berdasarkan data BPS, selama Januari - Juni 2011 defisit perdagangan Indonesia dengan China mencapai US$ 3,1 miliar. Artinya, rata-rata defisit per bulan sekitar US$ 500 juta. Di bulan Juni, defisit perdagangan dengan China hanya sekitar US$ 365,2 juta. "Jadi kesimpulannya, neraca perdagangan Indonesia dengan China memang masih defisit, tapi semakin kecil," jelas Kepala BPS Rusman Heriawan, Senin (1/8).

BPS yakin defisit neraca perdagangan dengan China terus mengecil. Keyakinan BPS ini didukung oleh pola kinerja ekspor Indonesia ke China dalam dua bulan terakhir. Ekspor ke China lebih cepat ketimbang laju impor dari China. "Kalau polanya dipertahankan seperti ini, posisi perdagangan dengan China bisa saja surplus di akhir tahun ini. Ini tidak mustahil," kata Rusman.

Direktur Statistik Distribusi BPS Satwiko Darmesto juga memprediksi, di semester II ini, defisit perdagangan dengan China kian berkurang, bahkan bisa jadi akan mencatatkan surplus. Pada semester II, laju ekspor akan bergerak lebih kencang ketimbang semester I tahun ini.

Menurut Satwiko, penyebab defisit perdagangan dengan China yang mengecil antara lain ialah kerjasama perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA). "Ditambah lagi, mulai banyak relokasi pabrik dari China ke Indonesia, sehingga saya kira bisa mengurangi defisit perdagangan," ujarnya.

Hanya saja, Satwiko mengakui selama ini sebagian besar ekspor Indonesia ke China masih berupa bahan mentah seperti batubara dan CPO. Sehingga, Indonesia belum banyak memiliki nilai tambah dari ekspor ini.

Meski neraca perdagangan dengan China masih defisit, secara umum neraca perdagangan Indonesia di Juni 2011 masih surplus US$ 3,33 miliar. Ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan surplus Mei US$ 3,51 miliar.

Secara kumulatif, surplus perdagangan selama Januari - Juni 2011 sebesar US$ 15,05 miliar, lebih tinggi dari periode sama tahun lalu sebesar US$ 10 miliar. Rinciannya, surplus dari perdagangan non-migas sebesar US$ 14,7 miliar dan surplus migas sebesar US$ 342,6 juta.

Pengamat ekonomi David Sumual menyarankan pemerintah agar memberikan iklim investasi yang nyaman bagi industri yang merelokasi usahanya ke Indonesia. Dengan cara ini, arus impor bisa lebih memberi manfaat ekonomi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×