kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Darmin: Kenaikan suku bunga dampaknya tidak instan


Senin, 28 Mei 2018 / 12:12 WIB
Darmin: Kenaikan suku bunga dampaknya tidak instan
ILUSTRASI. Menko Perekonomian Darmin Nasution


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan pemerintah akan mengedepankan misi menjaga stabilitas dalam jangka pendek ini. Oleh karena itu, pemerintah siap menanggung konsekuensi apabila ekonomi tumbuh lebih rendah lantaran pengetatan kebijakan moneter.

Di samping itu, kenaikan suku bunga juga diyakini dampaknya tidak akan berlangsung instan. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, perlu waktu bagi kenaikan suku bunga tertransmisi kepada pertumbuhan ekonomi.

“Perlu waktu dan tidak linear juga. Masih ada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di mikroprudensialnya,” kata Darmin di kantor Kementerian Keuangan (Kemkeu), Senin (28/5).

Ia melanjutkan, fungsi OJK adalah mendorong efisiensi perbankan sehingga kalau efisiensinya membaik, kenaikan tingkat bunga tidak seluruhnya ditransmisikan ke sektor riil.

“Namanya koordinasi, ya harus dilihat secara keseluruhan. Semuanya berkoordinasi, pemerintah, BI, OJK, LPS, bahkan Kementerian BUMN,” ucap Darmin.

Gubernur BI Perry Warjiyo juga menambahkan, asumsi bahwa kenaikan suku bunga acuan BI bisa menghambat pertumbuhan di saat yang sama tidak benar. Sebab, dampak dari kenaikan suku bunga acuan baru terasa di tahun berikutnya.

“Dampak kenaikan suku bunga kebijakan BI itu rata-rata baru berdampak pada growth pada 1,5 tahun yang akan datang. Kurang lebih empat sampai delapan kuartal atau rata-rata enam kuartal dan tidak harus linier," ujar Perry.

Ia melanjutkan, dalam waktu dekat ini dampak nilai tukar rupiah lebih cepat berpengaruhnya kepada ekonomi Indonesia. Dengan demikian, BI merespon hal ini dengan kebijakan suku bunga yang sudah dinaikkan 25 basis poin (bps) beberapa waktu lalu.

“Dampak nilai tukar sebenarnya lebih besar kepada impor daripada ekspor. Dan dampaknya umumnya lebih cepat. Nah, ini yang masuk dalam pertimbangan bagaimana kami desain respon kebijakan suku bunga,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×