Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi global masih menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpastian. Tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas energi dan pangan. Hal tersebut juga diperparah dengan berlanjutnya perang di Ukraina.
Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, meski diselimuti oleh ketidakpastian global, namun dirinya optimistis target realisasi investasi pada tahun 2022 sebesar Rp 1.200 triliun dapat tercapai.
"Target realisasi investasi di kuartal III dan IV (2022) tetap kami targetkan Rp 1.200 triliun di akhir tahun nanti. Dan di kuartal III dan IV kita sudah mempunyai strategi. Tapi yakinlah bahwa tahun 2022 kita akan mencapai target," ujar Bahlil dalam Konferensi Pers Kementerian Investasi/BKPM, Senin (8/8).
Terlebih lagi, Bahlil mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan target investasi kepada Kementerian Investasi/BKPM lebih dari Rp 1.200 triliun di tahun depan.
Baca Juga: Antisipasi Perlambatan Ekonomi China, Pemerintah Perluas Pasar Ekspor
Namun sayangnya, Bahlil tidak memberikan secara jelas berapa nominal realisasi investasi di tahun 2023.
"Untuk 2023, bahwa Presiden memberikan target yang lebih besar dari sekarang, lebih dari Rp 1.200 triliun. Angkanya berapa nanti," ucap Bahlil.
Target realisasi investasi di tahun 2023 juga sejalan dengan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan kembali di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Bahlil mengatakan, apabila defisit tersebut diturunkan berarti ruang belanja atau pembiayaan juga akan menurun, sehingga harus ada komponen yang bisa menambal, salah satu satu instrumennya adalah melalui investasi.
"Ini yang akan kita lakukan. Kalau ditanya apakah bisa, Insyaallah saya yakin bisa," tutur Bahlil.
Baca Juga: Kementerian Investasi Siapkan Peta Peluang Investasi (PPI) Tahun 2022 di 13 Provinsi
Bahlil juga menyampaikan bahwa Presiden Jokowi mengingatkan agar investasi pada tahun depan tidak hanya mendorong high tecnology saja, melainkan harus juga pada sistem padat karya untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
"Jadi investasi naik, tapi lapangan pekerjaannya juga harus seimbang," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News