kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cuaca dan potensi permintaan besar memantik harga gas alam


Senin, 22 Januari 2018 / 19:13 WIB
Cuaca dan potensi permintaan besar memantik harga gas alam


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cuaca dingin di Amerika Serikat masih mewarnai pergerakan harga gas alam. Namun, selain cuaca, pasar juga mulai memantau potensi penggunaan gas alam untuk kapasitas industri dan rumah tangga di China dan India.

Mengutip Bloomberg, Senin (22/1) pukul 14.56 WIB, harga gas alam pengiriman Februari 2018 di New York Mercantile Exchange naik 1,98% ke level US$ 3,248 per mmbtu. Sejak awal tahun, harganya sudah melambung 9,66%.

Kenaikan harga gas alam merespon rilis data Energy Information Administration (EIA) pada 18 Januari, yang menunjukkan penurun persediaan gas alam di AS. Hingga 12 Januari lalu, stok gas alam AS turun menjadi 183 miliar kaki kubik, atau di bawah level rata-rata lima tahun terakhir yang mencapai 203 miliar kaki kubik. Hal ini menunjukkan cuaca dingin di sana masih berlangsung dan menjadi penggerak harga komoditas energi ini.

"Kondisi cuaca di AS masih ekstrem, tapi ramalan cuaca menyatakan Januari ini akan menghangat, jadi kemungkinan sentimen cuaca ini akan melambat di Februari," jelas Research & Analyst PT Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto kepada Kontan.co.id, Senin (22/1)

Kondisi dollar AS juga menjadi sentimen pendukung harga komoditas. Di hari ketiga shutdown pemerintah AS, indeks dollar spot lanjut turun 0,11% ke level 90,47 per pukul 16.41 WIB.  Biasanya dalam keadaan dollar AS melemah, pelaku pasar akan berburu masuk pasar komoditas yang menggunakan denominasi dollar.

Selagi cuaca masih dingin, harga gas alam diperkirakan masih condong naik. Maka pada akhir kuartal I-2018, Andri melihat harga gas alam bakal tertahan di US$ 3,25 per mmbtu.

Prospek gas alam juga masih menarik untuk jangka panjang. Tak hanya China yang menggenjot penggunaan gas alam, India juga mulai menambah porsi penggunaan komoditas rendah polutan ini. India menargetkan dapat menyuplai 10 juta rumah tangga dan menambah akses gas alam untuk ratusan industri dan pelanggan ritel pada 2019.

"Terjadi perubahan arah pada penggunaan gas alam, bukan cuma buat cuaca musim dingin, tapi buat industri juga," jelas Andri.

Namun, harus dicermati adanya potensi kenaikan pasokan gas di pasar global. Produksi gas alam AS diperkirakan akan memecah rekor sebesar 64,1 miliar kaki kubik per hari pada Februari nanti. Angka itu naik 0,9 miliar kaki kubik dari perkiraan produksi bulan Januari.

Prediksi Andri, Selasa (23/1), ada potensi koreksi teknikal harga gas alam. Sebab, harganya sudah naik tajam, sehingga rawan profit taking. Sinyal koreksi ini terlihat dari indikator moving average (MA) 50, 100, 200 di garis atas. Indikator moving average convergence divergence (MACD) di area positif dan indikator relative strength index di level 64 memberi sinyal neli. Ketiga indikator ini dinilai terlalu bullish dan bisa mengalami koreksi yang didukung oleh sinyal jenuh beli pada indikator stochastic di level 81.

Andri memperkirakan harga gas alam akan bergerak di US$ 3,2-US$ 3,27 per mmbtu, besok. Sepekan, harganya akan bergulir ke kisaran US$ 3,18-US$ 3,3 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×