Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID -
JAKARTA. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir September 2017 tercatat US$ 129,4 miliar atau naik dibandingkan dengan posisi akhir di bulan lalu yang sebesar US$ 128,8 miliar atau posisi cadev tertinggi dalam sejarah Indonesia.
Posisi cadangan devisa pada akhir September 2017 tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, memang makroekonomi Indonesia menunjukkan kondisi yang semakin baik, pemulihan ekonomi terus berjalan, dan fundamental ekonomi juga terjaga.
Ia melihat, dari sisi pertumbuhan ekonomi di kuartal III ini menunjukkan kondisi banyak perbaikan dari sisi investasi baik bangunan maupun non bangunan dan kinerja ekspor.
“Itu semua menunjukkan kondisi perbaikan, bahkan di penjualan ritel juga menunjukkan kondisi yang lebih baik. Kami melihat pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 benar ada di range 5%-5,4%,” ujarnya di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (6/10).
Ekonom PT Bank BCA Tbk David Sumual mengatakan, naiknya cadangan devisa ini memang merupakan cerminan dari kinerja ekspor yang masih bagus dan investasi yang masih oke. Adapun menurutnya, tren cadangan devisa seharusnya masih naik sampai akhir tahun.
"Batubara harganya tinggi, ekspor migas naik terus trennya dari awal tahun, global bonds memang kan tidak ada lagi tapi inflow masih kencang di pasar modal. Yang kami harap dari ekspor, dan harga minyak juga meningkat," kata David kepada KONTAN, Jumat (6/10).
BI sendiri mengatakan bahwa memang masih ada risiko capital reversal, namun BI berupaya menjaga stabilitas sistem keuangan, yakni dengan mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang baik dan trasaksi berjalan yang sehat.
"Transaksi berjalan kita di 2017 itu akan ada di range antara 1,5-2% dari GDP. Kita juga lihat tahun 2018 bahwa transaksi berjalannya masih terjaga, 2018 defisit anatra 2-2,5% dari GDP. Kalau 2017 1,5-2%. Ini adalah kondisi yang terjaga," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News