kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Cadangan devisa September diramal sentuh US$ 100 M


Rabu, 30 September 2015 / 11:16 WIB
Cadangan devisa September diramal sentuh US$ 100 M


Reporter: Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada PT Pertamina untuk mengurangi pembelian valuta asing dollar AS hingga 50% dinilai akan berdampak signifikan bagi penguatan valuta asing di dalam negeri. Rencana itu diharapkan juga memperbaiki kondisi cadangan devisa Bank Indonesia (BI).

Ekonom Bank Permata Joshua Pardede mengatakan, Pertamina termasuk di kelompok Badan Usaha Milik Negara  (BUMN) yang memiliki kebutuhan dollar tinggi. Per hari, Pertamina membutuhkan tak kurang dari US$ 70 juta. Pemangkasan kebutuhan valas di BUMN bakal berdampak cukup signifikan.

Namun menurut dia, kebijakan itu baru akan terlihat efeknya di bulan Oktober, November dan Desember. Sementara untuk September 2015, diperkirakan posisi cadangan devisa akan tergerus hingga US$ 100 miliar.

Rencana pemerintah memperpanjang waktu tersimpannya devisa hasil ekspor (DHE) di dalam sistem keuangan Indonesia melalui insentif pajak, menurut Josua, juga belum terlihat pengaruhnya dalam waktu dekat.

Seperti diketahui, tekanan pada nilai tukar rupiah telah menggerus cadangan devisa. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, hingga pertengahan bulan September posisi cadangan devisa sudah tergerus hingga US$ 2 miliar, dari
US$ 105 miliar pada akhir Agustus 2015 menjadi sekitar US$ 103 miliar.

Ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Latif Adam bilang, insentif pajak belum tentu menjadi faktor kuat untuk menarik DHE. Ia menyebut, masih ada isu lain yang mempengaruhi, seperti kepercayaan pengusaha terhadap sistem perbankan nasional. Bank nasional dianggap tidak secepat bank asing dalam menjalankan sistem transaksi. "Pengusaha khawatir dana mereka terkendala saat digunakan," katanya.

Sementara itu Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listyanto mengatakan, ketersediaan cadangan devisa masih tergantung dari nilai tukar rupiah. Apalagi , faktor psikologis sebagai akibat belum adanya implementasi kebijakan dari pemerintah, turut menjadi penentu depresiasi rupiah saat ini.

Dengan kondisi itu, ia memproyeksikan cadangan devisa per akhir September 2015 tergerus ke kisaran US$ 102 miliar-US$ 103 miliar. Dia berharap, pemangkasan pembelian valuta asing oleh Pertamina akan mengurangi tekanan terhadap rupiah, hingga BI bisa lebih berhemat dalam melakukan intervensi.

Eko menuturkan, selama ini belanja valas Pertamina memang menjadi persoalan. Sebab siklus pembeliannya tidak menentu, bergantung pada permintaan dan ketersediaan bahan bakar minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×