Reporter: Marti Riani Maghfiroh | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Rabu sore (14/8) Bank Indonesia (BI) resmi melaporkan turunnya jumlah cadangan devisa (cadev) negara menjadi U$ 92,671 miliar dari cadev sebelumnya yang sebesar U$ 98,095. Hal ini berarti dalam sebulan terakhir, cadev sudah terkuras sebesar U$ 5,424 dan menyiratkan lampu kuning bagi perekonomian nasional.
Tony Prasetiantono, Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada memandang dengan menipisnya cadev ini maka kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) perlu segera dilakukan oleh bank sentral. Tony bilang BI sebaiknya segera menaikkan suku bunga setidaknya sebesar 50bps. “Saya sarankan BI rate naik, minimal jadi 7%, bahkan bisa lebih tinggi lagi. Tekanan ke cadev cukup berat,“ katanya.
Tony memandang jika BI Rate tetap 6,5% tidak memadai lagi karena inflasi yang kini terjadi bisa mencapai 8,61%. Sebelumnya ia mengkhawatirkan jika BI rate tidak naik, Dana Pihak Ketiga (DPK) di bank-bank akan merosot sehingga bank pun akan mengalami kekurangan likuiditas.“Jika BI rate tidak dinaikkan, saya khawatir dana simpanan nasabah besar bakal ditarik, sehingga bank-bank kesulitan likuiditas,“ terangnya.
Menurut Tony, sebagian dana-dana yang ditarik oleh nasabah tersebut akan dibelikan valas dan dapat menyebabkan yang tekanan lebih besar lagi terhadap cadev dan kurs rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News