kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BMKG imbau pemerintah waspadai bencana, kenapa?


Jumat, 26 Januari 2018 / 16:16 WIB
BMKG imbau pemerintah waspadai bencana, kenapa?
ILUSTRASI. WASPADA OMBAK TINGGI


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan agar pemerintah lebih waspada bencana di tahun ini. Pembangunan infrastruktur oleh pemerintah harus disertai mitigasi bencana.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan tahun ini Indonesia mesti waspada bencana hidrometerologis seperti, banjir, angin puyuh maupun angin tornado. Selain itu menurut catatan BMKG Indonesia rata-rata akan mengalami gempa hingga 2.000 kali setiap tahunnya, jumlah tersebut akan berpotensi lebih dari 5 skala ricther sebanyak 350 kali.

Ia bilang, pemerintah perlu waspada satunya dengan mitigasi bencana di bandara. Lantaran alat deteksi hidrometerologis bandara di Tanah Air masih minim.

"Saat ini alat deteksi angin masih aman, tapi perlu ditingkatkan lagi," kata wanita yang karib disapa Korita ini, Jumat (26/1).

Selain itu, pembangunan jalan tol di beberapa pulau mesti diperhatikan lantaran berada di wilayah rawan gempa. Jalan tol tersebut yakni, Jalan Trans Sumatera, sepanjang pantai barat Sumatera, Trans Sulawesi dan Pantai Selatan Jawa.

"Karena tempat tersebut berada di jalur gempa, tapi itu bisa dimitigasi,"ungkap dia.

Dirinya menjelaskan alat sensor gempa di Indonesia hanya 170, angka ini ia bilang jauh tertinggal dari jepang yang memiliki lebih dari 1000 radar. Pemerintah menurut dia harus merapatkan jaringan radar gempa dalam pembangunan infrastruktur.

Terutama di Indonesia Timur yang masih jarang ada jaringan radar gempa. "Itu yang sedang kami perjuangkan, karena semakin banyak infrastruktur tapi instrumen mitigasinya tak bertambah,"pungkas Korita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×