kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.739   21,00   0,13%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Bila suku bunga BI dipangkas, ini efeknya menurut ekonom


Kamis, 18 Juli 2019 / 13:43 WIB
Bila suku bunga BI dipangkas, ini efeknya menurut ekonom


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu (17/7) dan Kamis (18/7) hari ini. Rencananya BI akan mengumumkan keputusan tentang arah suku bunga BI atau BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI 7-DRR) pada hari ini.

Saat ini BI 7-DRR ada di level 6%. Sepanjang tahun ini BI belum pernah memangkas BI 7-DRR. Pada hal para pengusaha berharap BI memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin (bps). Hal ini berguna untuk memberikan insentif pengusaha di tengah situasi ekonomi global dan internal yang bapuk.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai dalam RDG BI hari ini, idealnya BI lakukan kebijakan pre-emptives dengan turunkan suku bunga bunga 25 bps-50 bps. Menurutnya, BI perlu lebih peka memangkas suku bunga sebelum The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga.

“Tidak ada alasan bagi BI menahan suku bunga di tengah kurs rupiah yang stabil, inflasi yang rendah dan cadangan devisa yang mulai meningkat,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Kamis (18/7).

Bhima menambahkan sektor riil butuh stimulus moneter agar beban bunga menurun dan bisa lebih ekspansif. Menurut Bhima, bila BI terlambat memangkas bunga acuan bisa lewat momentumnya.

Sementara dari sisi investor, kalau tidak ada pemangkasan suku bunga, maka investor masih menanam uang di instrumen surat utang dan deposito karena bunga tinggi, implikasinya, aliran likuiditas ke sektor riil bisa terhambat. Padahal sektor riil butuh relaksasi.

Begitu juga dengan bank. Kebijakan bunga tinggi akan membuat persaingan dana murah makin ketat. Bank berlomba jaga bunga mahal agar LDR bisa rendah. “Itu kan tidak sehat buat likuiditas,” kata Bhima.

Di sisi lain, kalau BI menurunkan bunga memang dampaknya akan terjadi dalam tiga bulan hingga lima bulan ke depan terhadap penurunan bunga kredit. 

Bhima bilang kalau suku bunga acuan bisa turun 50 bps maka dampaknya bisa lebih signifikan.

Secara teori bunga yang turun akan memacu investor memindahkan dana dari instrumen berbasis bunga ke ekuitas baik beli saham atau investasi langsung.

Dari sektor riil, bunga yang rendah akan turunkan cost of borrowing pengusaha. Ada keringanan biaya produksi sehingga pengusaha bisa tarik kredit lebih banyak. “Ujungnya pertumbuhan kredit dan pertumbuhan ekonomi bisa dipacu naik,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×