Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi indeks harga konsumen (IHK) ke depan akan meningkat, didorong oleh masih tingginya harga energi dan pangan global, serta kesenjangan pasokan.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan berisiko meningkat akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food (inflasi pangan), serta semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.
“Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan dapat mendorong inflasi pada tahun 2022 dan 2023 berisiko melebihi batas atas sasaran 3,0±1%,” tutur Perry saat melakukan rapat kerja bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Selasa (30/8).
Untuk itu Perry bilang, diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia untuk menyiapkan Langkah-langkah dalam mengatasi permasalahan inflasi ke depannya.
Baca Juga: OJK Berkolaborasi dengan LPPI Perkuat Kualitas SDM Sektor Jasa Keuangan
Adapun menurutnya tekanan inflasi meningkat terutama karena tingginya harga komoditas pangan dan energi global. Inflasi IHK Juli 2022 tercatat sebesar 4,94% secara tahunan alias year on year (YoY), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35% YoY.
Inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile foods) tercatat sangat tinggi mencapai 11,47%, terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan.
Inflasi kelompok harga diatur pemerintah (administered prices) juga meningkat 6,51% YoY sejalan dengan kenaikan angkutan udara dan harga BBM nonsubsidi.
Sementara itu, inflasi inti masih relatif rendah sebesar 2,86% YoY didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News