Reporter: Dea Chadiza Syafina |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencium, bahwa perekonomian global cenderung berjalan melambat dan diliputi oleh ketidakpastian yang tinggi.
Kinerja perekonomian di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa dan Jepang belum kuat meski mulai menunjukkan perbaikan. Sementara itu, Bank Sentral melihat, perekonomian negara berkembang dibayangi risiko penurunan pertumbuhan ekonomi serta menurunnya kinerja transaksi berjalan dan pelemahan nilai tukar.
Pada saat yang sama, penurunan harga komoditas masih terus terjadi, kecuali harga minyak.
“Beberapa risiko juga mengintai pasar keuangan,” papar Difi A Johansyah, Direktur Eksekutif BI, Selasa (9/10). Di antaranya adalah penundaan kebijakan pengurangan stimulus The Fed (tapering), perdebatan debt ceiling dan penghentian sementara layanan pemerintah AS (government shutdown).
Secara keseluruhan, melalui jalur perdagangan perkembangan perekonomian global tersebut memberikan tekanan pada kinerja ekspor negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sementara itu, melalui jalur keuangan perkembangan tersebut dalam jangka sangat pendek mendorong masuknya aliran dana non residen ke bursa saham dan obligasi kawasan serta menguatnya mata uang Asia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News