Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Bank Indonesia (BI) nampaknya memberikan sinyal baru terkait kebijakan suku bunga acuan, khususnya dalam menyikapi perkembangan inflasi dan juga isu-isu global.
Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, pihaknya akan tetap mewaspadai tekanan inflasi dan juga dampaknya terhadap ekspektasi inflasi. Selain itu, Ia mengatakan BI juga siap untuk menyesuaikan suku bung jika nantinya terdapat tanda-tanda inflasi inti yang lebih tinggi lagi.
“Bank Indonesia siap menyesuaikan suku bunga jika ditemukan tanda-tanda peningkatan inflasi inti,” tutur Juda dalam agenda Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery, Rabu (13/7) di Nusa Dua Bali.
Juda mengatakan, inflasi meningkat didorong oleh tekanan dari sisi penawaran akibat kenaikan harga-harga komoditas internasional. Namun menurutnya, inflasi inti masih tetap dalam target jangkauan BI.
Baca Juga: Suku Bunga Diprediksi Bakal Naik, KPR Syariah Lebih Menarik?
Sedangkan inflasi volatile food lanjutnya, meningkat, terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan kendala sisi penawaran yang disebabkan oleh cuaca buruk. Lalu, inflasi tekanan pada harga yang diatur (AP) tetap tinggi, dipengaruhi oleh harga tiket pesawat dan energi.
Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Juni sebesar 0,61% secara bulanan (month on month/mom), dan secara tahunan tercatat 4,35% year on year (yoy). Inflasi Juni ini naik dibanding inflasi pada bulan Mei 2022 yang sebesar 0,40% mom dan secara tahunan 3,35% yoy.
Sementara itu, inflasi inti mencapai 2,63% dan harga yang diatur pemerintah 5,33% serta yang bergejolak 10,3%.
Lebih lanjut, pengetatan kebijakan moneter yang agresif untuk mengatasi inflasi di beberapa negara maju telah memperketat kondisi keuangan global dan telah mendorong pasar volatilitas pasar baru-baru ini.
Baca Juga: Bank Indonesia Lebih Pilih Mata Uang Digital Ketimbang Aset Kripto, Ini Alasannya
Selain itu, terdapat tantangan isu global yang akhirnya berimbas ke negara-negara lain termasuk Indonesia. Misalnya saja geopolitik Rusia dan Ukraina yang masih terus berlanjut, dan juga kondisi perubahan iklim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News