kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank Dunia prediksi tingkat kemiskinan di Indonesia bertambah 9,6 juta jiwa


Rabu, 03 Juni 2020 / 10:22 WIB
Bank Dunia prediksi tingkat kemiskinan di Indonesia bertambah 9,6 juta jiwa
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A man is silhouetted against the logo of the World Bank at the main venue for the International Monetary Fund (IMF) and World Bank annual meeting in Tokyo, Japan October 10, 2012. REUTERS/Kim Kyung-Hoon/File Photo


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Dunia (World Bank) memprediksi, akibat wabah virus corona ini akan meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia antara 2,1% sampai 3,6%.

Apabila diterjemahkan, tingkat penduduk miskin di tahun ini akan bertambah antara 5,6 juta sampai dengan 9,6 juta jiwa.

"Kami memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi akan mengarah pada peningkatan kemiskinan antara 2,1% hingga 3,6% atau setara dengan 5,6 juta sampai 9,6 juta, jika dibandingkan dengan keadaan apabila di tahun ini tidak terjadi pandemi," ujar ekonom senior Bank Dunia untuk Indonesia Ralph van Doorn di dalam diskusi daring, Selasa (2/6).

Baca Juga: Bank Dunia restui pendanaan US$ 250 juta program tanggap darurat covid-19 Indonesia

Dengan penambahan tersebut, artinya pemerintah perlu menyediakan perlindungan tambahan yang memadai bagi para penduduk rentan miskin. Menurut Ralph, pemerintah memang telah menyiapkan paket kebijakan fiskal yang besar untuk perlindungan kesehatan, sosial, serta dukungan bagi pelaku industri.

Ia juga menilai, ada banyak insentif bagus yang diberikan oleh pemerintah, tetapi ia khawatir nilai dari berbagai insentif tersebut tidak cukup untuk mengurangi dampak negatif dari pandemi ini.

"Kami khawatir besaran dari dukungan yang dialokasikan untuk setiap rumah tangga mungkin tidak cukup untuk benar-benar mengimbangi dampak ekonomi terhadap mereka. Apalagi, saat ini pemerintah belum memberikan stimulus apa pun untuk melindungi mereka yang berada di sektor formal," kata Ralph.

Baca Juga: Konsumen AS ogah beli produk made in China, konsumen Tiongkok enggan beli made in USA



TERBARU

[X]
×