Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Aktivitas pasar tradisional di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) terganggu akibat banjir. Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran menuturkan, akibat banjir omzet niaga turun 20 persen.
“Rata-rata segitu, mulai dari pedagang besar, sampai pengecer, bahkan tukang sayur keliling, karena mereka juga kesulitan belanja ke pasar,” ujar Ngadiran kepada Kompas.com, Senin (20/1/2014).
Penurunan omzet tersebut dipicu oleh warga yang mulai mengurangi aktivitas belanja. Ia membenarkan, beberapa ibu rumah tangga malas pergi ke pasar lantaran genangan air. “Kecuali yang agak deket pasar, mereka masih mau belanja. Jadi, banjir ini benar-benar melumpuhkan perekonomian, bahkan sampai yang terkecil,” katanya.
Banjir juga menyebabkan kenaikan harga bahan-bahan kebutuhan pokok antara lima hingga sepuluh persen. Komoditas paling rentan naik adalah hortikultura atau sayur-mayur. Hal itu lantaran, dari sisi pasokannya sendiri banyak petani yang terancam gagal panen. Sementara dari sisi distribusi, akses jalan yang terputus genangan serta kondisi jalan yang berlubang juga menyulitkan, sehingga biaya logistik naik.
“Seperti, tomat, wortel, sawi, ada yang sekilo naik Rp 2.000. Kalau sayur-mayur begini kan enggak bisa di-stok, kecuali pedagang pasar ini punya freezer kan. Itu lah susahnya, alam enggak bisa dilawan, tapi sayuran juga enggak bisa di-stok,” jelasnya.
Barang-barang kelontong asal pabrikan, dari sisi pasokannya masih aman. Hal itu lantaran, pabrik-pabrik tetap berproduksi. Hanya saja, hambatan distribusinya masih sama, akses jalan yang tergenang air dan berlubang.
Ngadiran menambahkan, jumlah pasar yang beroperasi malam hari juga berkurang, lantaran pemadaman listrik yang dilakukan oleh PLN akibat banjir.
Saat ini lebih dari 300 pasar tradisional di Jabodetabek yang terdaftar anggota asosiasi ini. (Estu Suryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News