kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.991.000   -25.000   -1,24%
  • USD/IDR 16.884   -24,00   -0,14%
  • IDX 6.612   74,08   1,13%
  • KOMPAS100 950   10,80   1,15%
  • LQ45 740   9,31   1,28%
  • ISSI 210   1,44   0,69%
  • IDX30 384   6,04   1,60%
  • IDXHIDIV20 463   5,74   1,25%
  • IDX80 108   1,15   1,08%
  • IDXV30 114   0,98   0,87%
  • IDXQ30 126   2,31   1,87%

Ada dalam Kondisi Pareto, Pengamat: BUMN Banyak yang Belum Beroperasi Secara Optimal


Kamis, 10 Februari 2022 / 13:20 WIB
Ada dalam Kondisi Pareto, Pengamat: BUMN Banyak yang Belum Beroperasi Secara Optimal
ILUSTRASI. Logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) . ANATAR FOTO/Aprillio Akbar/nz


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia saat ini dinilai menunjukkan suatu kondisi Pareto. 

Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menggambarkan kondisi Pareto ini terjadi karena sekitar 80% dari total kontribusi pendapatan BUMN hanya disumbang oleh sekitar 20% dari total perusahaan. 

“Ini artinya, banyak BUMN yang belum beroperasi secara optimal,” jelas Toto kepada Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Kamis (20/2) di kompleks Senayan. 

Toto pun menyebutkan BUMN yang menopang kinerja pada tahun 2020. Seperti Pertamina, PLN, Waskita Karya, Timah, Bank MAndiri, Wijaya Karya, BTN, BRI, BNI, Smeen Indonesia, Semen Baturaja, Pembangunan Perumahan (PP). 

Baca Juga: Setoran Pajak dan Dividen BUMN ke Negara Tergerus Pandemi Covid-19

Kemudian Bukti Asam, PGN, Krakatau Steel, Kimia Farma, Adhi Karya, Aneka Tambang (Antam), Garuda Idnoensia, Indofarma, Jasamarga, maupun Telkom Indonesia. “Jadi itulah mereka yang asetnya cover 85% dan dari keseluruhan laba bersih mencatatkan dominan. Hanya sedikit BUMN yang bisa menghasilkan pendapatan dari aset yang dimiliki,” jelas Toto. 

Dengan kondisi tersebut, Toto pun berharap situasi berbalik sehingga perusahaan-perusahaan pelat merah bisa lebih produktif dari utilisasi aset dan bagaimana pengelolaan pendapatan dan laba yang lebih baik. 

Dalam hal ini, Toto mengimbau lebih baik pemerintah mengurangi jumlah BUMN agar lebih sehat dan lebih kuat. Ini bisa dilakukan dengan rencana holding pemerintah. 

“Nanti kita lihat, apakah rencana holding pemeirntah mengurangi BUMN kemudian apakah valuasi setelah terjadi holding mampu jadi lebih tinggi daripada mereka berdiri masing-masing. Ini PR ke depan,” tandas Toto. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×