Sumber: Kontan |
JAKARTA. Harga eceran pupuk nonsubsidi untuk perkebunan akan segera turun awal 2009 nanti. Penyebabnya, harga minyak yang kini terus turun di bawah US$ 40 per barel. Melorotnya harga minyak itu juga membuat harga bahan baku impor turun sehingga harga pokok produksi (HPP) pupuk nonsubsidi ikut terjun.
Selama ini industri pupuk nasional melakukan kontrak pembelian bahan baku pupuk nonsubsidi dengan harga tinggi. Kontrak perjanjian itu antara lain berlaku dengan China. "Akhir Desember ini banyak kontrak itu akan berakhir sehingga produsen pupuk bisa membuat kontrak pembelian baru dengan harga yang lebih murah," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawadi, pekan lalu (26/12).
Pemerintah juga telah meminta kepada para produsen pupuk memperbaharui kontrak itu. Pemerintah menargetkan mulai Januari 2009, harga jual pupuk ke perkebunan bisa ikut turun. "Pokoknya pada Januari 2009 harga pupuk harus turun mengikuti harga pasar, " tutur Edy.
Saat ini, para produsen pupuk nonsubsidi masih mengimpor bahan baku pupuk urea terutama Kalium Chlorida (KCL) dan Ammonia Sulfat (ZA). Kontrak yang tinggi antara lain oleh PT Pupuk Kaltim Tbk.
Namun, sayangnya, penurunan harga ini tidak berlaku bagi pupuk subsidi. Alasannya, harga gas belum mau turun mengikuti penurunan harga minyak. "Kemungkinan besar, penurunannya hanya terjadi pada nilai subsidi oleh pemerintah," jelas Edy, panjang lebar.
Tahun depan, pemerintah akan menyiapkan pasokan pupuk urea sebanyak 7,8 juta ton. Dari total pasokan itu, sebanyak 5,5 juta ton pupuk merupakan pupuk bersubsidi dan 2,3 juta ton lainnya adalah nonsubsidi. Untuk mencapai target itu, gas menjadi kebutuhan yang mendesak. Saat ini baru Pupuk Kaltim (PKT) yang tidak bermasalah dengan pasokan gas. Sedangkan Pupuk Iskandar Muda (PIM), Pupuk Kujang, dan Petrokimia Gresik (PKG) masih terkendala pasokan gas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News